BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam ekonomi nasional ,IKM merupakan
segmen industri yang sangat penting karena dapat dijadikan medium dan tumpuan
yan paling menjanjikan bagi penciptaan wirausaha baru dengan daya tampung
besar,mempunyai fleksibilitas dan ketahanan yang tinggi terhadap perkembangan
pasar. Namun berbagai kelemahan yang dihadapi IKM khususnya menyangkut teknis
poduksi, pemasaran,administrasi dan manajeman akan merupakan masalah besar yang
dapat mengancam keberadaan IKM pada masa yang akan datang.
Di sisi lain,berbagai produk IKM akan
digunakan oleh masyarakat ,sehingga kemampuannya memenuhi tuntunan masyarakat
akan sangat menentukan kelangsungan IKM. Meskipun harga juga berpengruh ,namun
kualitas produk yang dimulai sejak bahan baku hingga produk sampai ditangan
konsumen menjadi nata rantai yang pentingdiperhatikan .
Tuntunan ini menjadi lebih tinggi untuk
produk- produk pangan karena akan terkait dengan keselamatan dan keamanan
konsumen yang mengkonsumsi produk IKM tersebut. Karenanya masing – masing
industri kecil dituntut untuk memperbaiki berbagai aktivitasnya agar dapat
memenangkan persaingan dan berkembang pada masa yang akan datang .disinilah
peran peran Prindustrian dan Perdagangan dalam membantu dan membina serta
memfasilitasi agar tujuan ini dapat tercapai.
Pada saat ini, perekonomian negara kita,
bisa dikatakan lebih banyak bergerak di bidang
Industri Kecil dan Menengah (IKM). IKM tidak hanya bisa meningkatkan
taraf hidup masyarakat/perekonomian bangsa namun juga dapat mengendalikan
jumlah pengangguran sehingga keberadaan IKM sangat membantu bangsa dalam
keadaan yang sangat sulit seperti sekarang ini.
Namun, karena para pengusaha IKM ini ─
seperti yang kita ketahui ─ yang sebagian besarnya hanya memiliki pendidikan
yang rendah sehingga kadang-kadang kebanyakan mengabaikan masalah yang terjadi
dalam industri mereka dan kadang menganggap masalah tersebut sebagai masalah
yang kecil padahal kalau dilihat dengan kacamata akademis masalah tersebut jika
dibiarkan berlarut-larut dan tidak segera diatasi bisa mengakibatkan masalah
yang besar dan tentunya dapat merugikan IKM itu sendiri yang tidak disadari
oleh pengusahanya.
Seiring dengan perkembangan zaman,
Pertumbuhan populasi manusia semakin meningkat. Pertumbuhan ini berbanding
lurus dengan tuntutan hidup. Gejala ini menuntut kepada industri, baik industri
besar maupun kecil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.
Disamping itu industri tersebut harus mampu bersaing dengan industri lainnya
dimana peningkatan tuntutan hidup juga diiringi dengan bermunculannya industri
baru. Untuk dapat bersaing, industri tersebut harus mampu menciptakan suatu
inovasi baru dan memunculkan suatu produk yang memiliki nilai tambah (value
added) sehingga konsumen memiliki kecenderungan untuk memilih produk tersebut.
Melihat fenomena yang terjadi, industri
tersebut harus mampu meningkatkan mutunya. Mutu itu sendiri memiliki pengertian
yang luas yaitu mencakup mutu produk, biaya, keamanan dan metodologi kerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peran serta dari pemerintah demi
mewujudkan masyarat yang sejahtera.
B.
Maksud
dan Tujuan
Maksud dari penulisan
laporan tahunan ini adalah sebagai bahan pertanggungjawaban dan evaluasi
kinerja TPL-IKM selama melakukan pembinaan terhitung bulan Januari sampai
dengan Bulan Desember 2011.
Adapun
tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagi berikut:
1.
Untuk mengetahui
gambaran umum unit usaha yang dibina oleh TPL-IKM.
2.
Untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi masing-masing unit usaha yang dibina oleh TPL-IKM.
3.
Untuk mengetahui
kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh TPL-IKM dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi oleh unit usaha yang dibina serta hambatan-hambatan yang dihadapi
selama pembinaan.
4.
Untuk mengetahui
hasil yang dicapai oleh TPL-IKM dalam melakukan pembinaan selama tahun pertama.
C.
Ruang
Lingkup dan Sistimatika Penyajian
Ruang lingkup dalam
penulisan laporan ini adalah berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
selama pembinaan mulai dari identifikasi masalah (baik itu gambaran umum perusahaan,
kondisi awal unit usaha yang dibina maupun masalah yang dihadapi) sampai dengan
kegiatan penyuluhan dan pelaporan hasil yang dicapai selama melakukan
pembinaan.
Penyusunan laporan hasil
penyuluhan berkala ini disusun secara sistematis dan terinci untuk memberikan
kemudahan bagi pembaca. Sistematika laporan ini yaitu sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam
bab ini diuraikan yaitu latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
sistematika penyajian, dan periode pelaksanaan penyuluhan.
BAB II DATA
UMUM PERUSAHAAN/SENTRA
Berisi data umum perusahaan dan kondisi awal IKM yang
dibina.
BAB III PERMASALAHAN
Berisikan
bentuk-bentuk masalah yang dihadapi oleh IKM yang dibina.
BAB IV KEGIATAN
PENYULUHAN
Diuraikan
tentang teknik/solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah IKM yang
dibina serta hambatan yang dihadapi oleh TPL dalam melakukan penyuluhan.
BAB V HASIL
YANG DICAPAI
Berisi
tentang target perbaikan serta keadaan IKM setelah dilakukan pembinaan.
BAB VI KESIMPULAN
DAN SARAN
Berisi
kesimpulan dari seluruh isi laporan dan saran-saran yang dapat diberikan untuk
perbaikan selanjutnya baik yang dapat dilakukan oleh IKM, TPL, maupun dinas
yang terkait padanya.
D.
Periode
Pelaksanaan Penyuluhan (Tahunan)
Pelaksanaan penyuluhan ini
dilakukan pada periode tahunan
pertama yaitu dari Bulan Januari
sampai bulan Desember
2011. Untuk pelaksanaan pembinaan/penyuluhan selanjutnya
dilakukan secara berkala dan intensif pada tahun berikutnya.
BAB II
DATA UMUM
PERUSAHAAN/SENTRA IKM YANG DIBINA
A.
Sejarah
Singkat Perusahaan/Sentra
1. Sulaman
“Kejar Usaha”
Sulaman
yang berdiri dari tahun 1967 ini dipimpin oleh Ibu Rosmi yang sekaligus
merupakan pemilik sulaman ini. Nama “Kejar Usaha” ini merupakan pemberian dari
dinas terkait karena waktu itu Ibu Rosmi masih belum kepikiran untuk memberi
nama perusahaannya. Sekarang ini, karena Ibu Rosmi sudah semakin tua maka ia
dibantu oleh anak perempuannya.
Usaha
sulaman ini dari tahun ke tahun telah menunjukkan kemajuannya. Hal ini terbukti
dengan dibukanya toko penjualan hasil produksi perusahaannya. Toko ini terletak
persis di depan rumah Ibu Rosmi dan berada di tepi jalan raya sehingga pembeli
bisa dengan mudah menemukan toko ini. Toko ini dibangun pada tahun 1996.
Untuk
bahan baku, benang yang digunakan oleh perusahaan ini adalah benang “cap motor”
dan “cap gunting”, namun kualitas yang bagus adalah benang “cap motor” karena
warnanya tak pudar sedangkan “cap gunting” kualitasnya agak kurang karena
warnanya sering memudar sehingga harga pembelian benang “cap motor” agak
sedikit lebih tinggi dari “cap gunting”.
2. Sulaman
“Suarni”
Sulaman
ini didirikan pada tahun 1990 dan khusus memproduksi sulaman benang emas. Hal
ini disebabkan karena Ibu Suarni sudah pernah mencoba untuk membuat dengan
membordir tapi ia mengalami kesulitan untuk memasarkan produknya sehingga ia
sampai sekarang hanya memproduksi sulaman benang emas meskipun pembuatannya
memakan waktu yang lama.
3. Sulaman
“Abel”
IKM yang dimiliki oleh Ibu Abel (Basrini) ini hanya memproduksi
dalamak saja. Hal ini disebabkan karena IKM ini tidak memiliki tenaga kerja
yang banyak, kalaupun punya tenaga kerja itupun hanya ada satu atau dua orang
tenaga kerja.
4. Sulaman “Elok Yun”
Usaha ini berdiri tahun 1992, akan tetapi sampai
sekitar tahun 2005 belum begitu mengalami
perkembangan yang signifikan. Namun, pada tahun 2005 Elok Yun mulai
mengembangkan usahanya dengan langkah awalnya yaitu mengurus ijin usaha dan
membuat plang merek di depan rumahnya. Dan juga selalu memberikan inovasi dan
motif sulamannya sehingga motif yang dihasilkan tidak monoton dan selalu
bersifat dinamis.
Agar motif-motif tersebut tidak hilang dan agar
pembeli bisa memesan motif yang mereka inginkan, maka Elok Yun pernah membuat
buku motif yaitu buku yang berisi foto-foto motif sulaman yang ia hasilkan.
Namun, karena sesuatu hal buku tersebut dipinjam oleh temannya dan sampai
sekarang tidak pernah dikembalikan lagi kepadanya sehingga hal ini membuat Elok
Yun agak kesulitan dalam membuatkan pesanan pembelinya. Sampai sekarang Elok
Yun belum sempat membuat kembali buku motif tersebut.
Dalam melakukan penyuluhan selama setahun ini, telah
nampak perubahan pada IKM ini yaitu IKM
ini sudah mau membuat kemasan kotak agar produk lebih terkesan elegan
dan lebih bernilai jual tinggi. Selain itu juga IKM sudah mulai melakukan
promosi produknya melalui majalah bisnis nasional yaitu melalui majalah IBN yellow pages, yang sebelumnya hal ini
belum ada dilakukan oleh IKM.
5. Bordir “Empat Putri”
Usaha bordir empat putri yang terletak di Desa Jati
Mudik ini, resmi didirikan sejak tahun 2000. Sebenarnya usaha bordir ini sudah
lama berdiri namun itu dikelola oleh orang tua Ibu Yet ─ pemilik usaha bordir
sekarang ─, namun setelah makin tuanya usia orang tua Ibu Yet maka usaha ini
diambil alih oleh Ibu Yet.
Sepanjang perjalanan usahanya, Ibu Yet sudah mendapatkan
bantuan modal dari Jamsostek selama dua kali periode dan sekarang masih
berjalan.
6. Sala Lauak “Ibuk Lela”
Usaha
sala lauak Ibuk Lela sudah dimulai sejak tahun 2000. Setiap harinya Ibuk Lela
harus berangkat dari rumahnya sekitar pukul delapan pagi karena Ibuk Lela
bukanlah berasal dari Kelurahan Pasir sendiri tapi rumahnya berada di Ulakan.
Hal ini juga sama dengan penjual sala lauak lainnya yang kebanyakan bukan
masyarakat Kelurahan Pasir tapi berasal dari daerah lain bahkan ada yang
berasal dari Kabupaten Padang Pariaman seperti Sungai Limau.
Setiap
harinya Ibuk Lela bisa menghabiskan 10 bungkus tepung beras (1 bungkus = 0,5
Kg), 100 ekor kepiting, dan sekitar 1 Kg udang, sedangkan untuk hari libur bisa
lebih. Bahan baku tersebut tidaklah susah didapatkan oleh Ibuk Lela karena
selain tinggal dekat laut juga suami Ibuk Lela adalah seorang nelayan. Sehingga
Ibuk Lela tidak pernah kehabisan bahan baku atau tidak dapat bahan baku.
Saat
ini Ibuk Lela hanya melakukan usahanya seorang diri karena ia merasa belum
membutuhkan tenaga kerja untuk menolongnya. Selain itu juga ia merasa kalau
memakai tenaga kerja maka akan mengurangi keuntungannya. Akan tetapi, kalau
hari lebaran atau ada acara besar yang diselenggarakan di Pariaman ataupun di
Pantai Gandoriah baru Ibuk Lela mamakai tenaga kerja, itupun adalah anaknya
sendiri.
7. Sala Lauak “Ibuk Nurseha”
IKM yang berada tepat di pantai Gandoriah ini
merupakan milik Ibu Nurseha. Pemilik merupakan ketua kelompok IKM sala lauak
yang ada di Pantai Gandoriah dengan jumlah anggota sebanyak 11 IKM. Kelompok
ini lebih sering dibina oleh dinas kelautan karena walau bagaimanapun juga
produk yang mereka olah merupakan hasil laut.
8. Rajutan “Eti”
IKM yang berdiri tahun 1994 ini, merupakan IKM rajutan
pertama yang ada di daerah Karan Aur dan Taluk Pariaman.IKM yang dipimpin oleh
Ibu Rosnati ini telah memiliki tenaga kerja sebanyak 20 orang yang tersebar di
Kelurahan Karan Aur dan Desa Taluk.
B.
Data
Umum
No
|
Nama
& Alamat UU/Sentra
|
Nama
Pemilik
|
Jenis
Produksi
|
Wilayah
Pasar
|
1
|
Sulaman “Kejar Usaha”
Jl.Siti Manggopoh No.9 Naras 1 Kec.Pariaman Utara
|
Hj.Rosmi
|
Baju, ondas, tabia, baju lame,
selendang, kursi penganten, banta gadang
|
Jambi, Medan, Jakarta, Duri
|
2
|
Sulaman “Suarni”
Jl.Siti Manggopoh No. Naras 1 Kec.Pariaman Utara
|
Suarni
|
Tabia, lansia-lansia, kelambu,
tirai gadang, lapiak bantau, ondas
|
Batusangkar, Padang
|
3
|
Sulaman “Abel”
Jl.Siti Manggopoh No. Naras 1 Kec.Pariaman Utara
|
Basrini
|
Dalamak
|
Padang
|
4
|
Sulaman
“Elok Yun”
Jl.Siti Manggopoh No. Naras 1 Kec.Pariaman Utara
|
Yulhaida
|
Dalamak,
baju kapalo peniti, selendang suji dan kapalo peniti, gambar dinding
|
Padang,
sekitar Pariaman, Bogor
|
5.
|
Bordir
“Empat Putri”
|
Darmayeti
|
Mukenah
|
Padang,Palembang,
Pekanbaru, Jakarta
|
6.
|
Sala Lauak Ibuk Lela
|
Nurlela
|
Sala Lauak, Sala Udang, Sala
Kepiting
|
Sekitar pantai Gandoriah
Pariaman
|
7.
|
Sala
Lauak Ibuk Nurseha
|
Nurseha
|
Sala Lauak, Sala Udang, Sala
Kepiting
|
Sekitar pantai Gandoriah
Pariaman
|
8.
|
Rajutan
“Eti”
|
Rosnati
|
|
Padang,
Bukittinggi
|
C.
Kondisi
Awal IKM yang Dibina
No
|
Nama
UU/Sentra
|
Kapasitas
Produksi
|
Omset
Pasar (Rp)
|
Teknologi
|
Nilai
Investasi (Rp)
|
1
|
Sulaman “Kejar Usaha”
|
Baju
Ondas
Tabia
baju lame
selendang
kursi penganten
banta gadang
|
30.000.000
|
Pada proses pembordiran sudah
memakai mesin bordir.
|
70.000.000
|
2
|
Sulaman “Suarni”
|
Tabia
lansia-lansia
kelambu
tirai gadang
lapiak bantau
ondas
|
8.000.000
|
Pada proses pembordiran sudah
memakai mesin bordir.
|
10.000.000
|
3
|
Sulaman “Abel”
|
1 set dalamak
|
250.000
|
-
|
|
4
|
Sulaman
“Elok Yun”
|
Dalamak
Baju
kapalo peniti
Selendang
suji dan kapalo peniti
Gambar
dinding
|
15.000.000
|
-
|
35.000.000
|
5
|
Bordir
Empat Putri
|
2 kodi/bulan
|
10.000.000
|
Sudah
memakai mesin bordir
|
|
6
|
Sala Lauak Ibuk Lela
|
·
sala
lauak 150 Kg
·
sala
udang 50 Kg
·
sala
kepiting 3000 ekor
|
100.000-
200.000
|
-
|
5.000.000
|
7
|
Sala
Lauak Ibuk Nurseha
|
·
sala
lauak 150 Kg
·
sala
udang 60
Kg
·
sala
kepiting 2400
ekor
|
100.000-200.000
|
-
|
5.000.000
|
8
|
Rajutan
“Eti”
|
10-20 set sarung bantal
20-30 set alas meja
|
2.000.000-2.500.000
|
-
|
10.000.000
|
BAB III
PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di setiap unit usaha, ada
beberapa permasalahan yang perlu dicarikan solusinya. Adapun permasalahan yang
ada pada masing-masing unit usaha yang dibina seperti yang dicantumkan pada
tabel di bawah ini.
No.
|
Nama UU/Sentra
|
Masalah yang Dihadapi
|
1.
|
Sulaman
“Kejar Usaha”
|
SDM
· Proses
penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya
produk selesai.
· Belum
adanya pembukuan yang jelas.
· Tata
letak barang yang ada di toko penjualan belum teratur.
|
Permodalan
· Perputaran
uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan
berbulan-bulan.
|
||
2.
|
Sulaman
“Suarni”
|
Pemasaran
· Belum
adanya plang merek usaha sehingga usaha kurang dikenal.
· Pemasaran
masih terbatas dan belum meluas.
|
Permodalan
· Adanya
persaingan yang tidak sehat antara pengusaha.
· Perputaran
uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan
berbulan-bulan.
|
||
SDM
· Proses
penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya produk
selesai.
· Belum
adanya pembukuanyang jelas.
|
||
3.
|
Sulaman
“Abel”
|
SDM
· Belum
adanya pembukuan yang jelas.
· Kurang
tersedianya tenaga kerja yang terampil dalam menyulam.
· Proses
penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya
produk selesai.
|
Permodalan
· Adanya
persaingan yang tidak sehat antara pengusaha.
· Perputaran
uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan
berbulan-bulan.
|
||
Pemasaran
· Pemasaran
pada umumnya hanya berada di Pariaman dan Padang.
· IKM belum
memiliki plang merk sehingga sulit untuk dijangkau pembeli apalagi letak IKM
yang tidak di tepi jalan raya yaitu agak masuk ke dalam.
|
||
4.
|
Sulaman “Elok Yun”
|
Permodalan
· Perputaran
uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan
berbulan-bulan.
|
SDM
· Belum
adanya pembukuan yang jelas.
· Kurang
tersedianya tenaga kerja yang terampil dalam menyulam.
· Proses
penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya
produk selesai.
|
||
Pemasaran
· Pemasaran
pada umumnya hanya berada di Pariaman dan Padang.
· Kurang
adanya promosi yang dilakukan oleh IKM untuk mempromosikan produknya.
· Belum
adanya tanda penunjuk arah menuju tempat pengusaha karena perusahaan berada
agak ke dalam sehingga menyulitkan pembeli mencari tempat perusahaan berada.
· Produk belum memiliki kemasan yang menarik sehingga menurunkan image produk di mata pembeli.
|
||
5.
|
Bordir “Empat Putri”
|
SDM
· Belum
adanya pembukuan yang jelas.
· Tenaga
kerja berada jauh dari IKM.
|
Pemasaran
· Kurangnya
pelanggan setelah adanya gempa yang melanda Sumatera Barat khususnya Kota
Pariaman.
|
||
6.
|
Sala Lauak “Ibuk Lela”
|
Mutu
· Tempat penjualan sala
masih terbuka sehingga memungkinkan sala terkena debu karena sangat dekat
dengan jalan.
· Minyak
goreng yang digunakan jarang diganti.
|
Permodalan
· Belum
adanya gerobak sala yang memadai utuk tempat penjualan sala.
|
||
Pemasaran
· Wilayah pemasaran sala
lauak masih sekitar Pantai Gandoriah Pariaman
· Daya tahan sala lauak
yang hanya 2 hari, selain itu juga sala lauak hanya enak ketika masih panas
|
||
SDM
· Belum
adanya pembukuan yang jelas.
|
||
7.
|
Sala Lauak “Ibuk Nurseha”
|
Pemasaran
· Wilayah pemasaran sala
lauak masih sekitar Pantai Gandoriah Pariaman
· Daya tahan sala lauak
yang hanya 2 hari, selain itu juga sala lauak hanya enak ketika masih panas
|
SDM
· Belum
adanya pembukuan yang jelas.
|
||
Mutu
· Masih
ada sala yang tempat penjualannya terbuka sehingga memungkinkan untuk terkena
debu dan kotoran.
· Minyak
goreng yang digunakan jarang diganti.
|
||
8.
|
Rajutan “Eti”
|
Pemasaran
· IKM belum memiliki izin usaha seperti TDI, SIUP, dan SITU
· Tidak ada plang merek sehingga hanya orang yang sudah kenal saja yang
tahu sehingga bagi
IKM belum memiliki kemasan yang menarik.
|
Aspek Manajemen
· Belum memiliki struktur kepengurusan yang jelas.
|
||
SDM
· Belum adanya pembukuan yang jelas.
· Belum adanya perhitungan jumlah produk yang dihasilkan sehingga sulit
melakukan penghitungan
· Produk yang selesai dirajut tidak disusun dengan rapi.
· Pengusaha tidak bisa mengetahui jumlah tenaga kerja secara pasti
sehingga sulit untuk menghitung kapasitas produksi.
|
BAB IV
KEGIATAN PENYULUHAN
A.
Pelaksanaan
Penyuluhan
No
|
Nama
UU/Sentra
|
Masalah
yang Dihadapi
|
Kegiatan
Penyuluhan
|
1
|
Sulaman “Kejar Usaha”
|
· Belum
adanya laporan keuangan perusahaan
|
· Menyarankan
agar dibuatkan laporan keuangan perusahaan sehingga bisa diketahui arus uang
masuk dan keluar.
|
2
|
Sulaman “Suarni”
|
· Belum adanya laporan
keuangan perusahaan dan kurang luasnya wilayah pemasaran.
|
· Menyarankan
agar dibuatkan laporan keuangan perusahaan sehingga bisa diketahui arus uang
masuk dan keluar.
|
3
|
Sulaman “Abel”
|
·
Kurang
luasnya wilayah pemasaran.
·
Persaingan yang tidak sehat antar pengusaha.
|
·
Menyarankan agar membuat produk yang lebih
bervariasi.
|
4
|
Sulaman
“Elok Yun”
|
·
Kurangnya promosi terhadap produk.
·
Kurang luasnya wilayah pemasaran.
· Belum memiliki kemasan yang menarik untuk produk
· Belum memiliki pembukuan
|
·
Ikut mempromosikan produk baik di kantor maupun ke
masyarakat.
·
Mencarikan informasi ke radio daerah tentang
syarat-syarat untuk bisa beriklan di radio tersebut.
·
Menyarankan agar IKM memasang tanda panah di bawah
plang mereknya agar pembeli bisa tahu tempatnya.
·
Menyarankan agar IKM kembali membuat buku motif
sulamannya sehingga pembeli bisa dengan mudah memesan desain yang diinginkan.
· Membantu membuatkan desain kemasan produk dan memperbaiki desain
kemasan yang diusulkan sebelumnya karena desain sebelumnya kurang disetujui
oleh IKM
·
Mengikutsertakan IKM untuk
ikut lomba kemasan dari Kementerian Perindustrian
·
Kembali mengingatkan kepada
IKM tentang pentingnya membuat pembukuan pada sebuah perusahaan.
|
5
|
Bordir
“Empat Putri”
|
·
Terjadi
penurunan pemintaan setelah adanya gempa yang melanda Sumbar khususnya
Kota Pariaman.
|
·
Menyarankan agar membuat motif yang lebih
bervariasi.
|
6
|
Sala Lauak
“Ibuk Lela”
|
· Tempat
penjualan sala yang masih terbuka sehingga memungkinkan sala terkena debu
karena sangat dekat dengan jalan.
· Pengusaha
terlihat kurang optimis.
|
·
Mengusulkan membuat desain penutup bagi gerobak sala
lauak.
·
Merekomendasikan kepada dinas untuk diberikan
pelatihan motivasi dan hal ini disetujui oleh dinas.
|
7
|
Sala
Lauak “Ibuk Nurseha”
|
· Wilayah
pemasaran
sala lauak masih sekitar Pantai Gandoriah Pariaman.
·
Gerobak sala belum memiliki plang merek sehingga
kurang dikenal
|
·
Mengusulkan kepada pengusaha untuk melakukan
diversifikasi produk agar bisa dijualkan di toko-toko yang ada di pasar
Pariaman.
·
Mengusulkan untuk memberi plang merek di gerobak
sala yang ada.
|
8
|
Rajutan “Eti”
|
· Belum adanya izin usaha IKM
· Belum adanya plang merek IKM
|
· Menyarankan untuk mengurus izin usaha
· Mencarikan informasi tentang syarat dan cara untuk mengurus ijin
usaha.
· Menyarankan untuk membuat plang merek agar IKM lebih mudah dicari dan
dikenal
|
B.
Hambatan-hambatan
yang Dihadapi TPL IKM Program Beasiswa
Hambatan-hambatan
yang dihadapi selama berada di lapangan adalah.
1. Tenaga
kerja masing-masing IKM sulaman tidak berada di satu tempat sehingga membuat
pembinaan jadi kurang optimal.
2. Ada beberapa pengusaha yang usianya sudah sangat
lanjut sehingga menyulitkan TPL melakukan penyuluhan dan pembinaan.
3. Perputaran hasil produksi yang lambat dan tak tentu
sehingga membuat pemasaran juga terhambat dan menyebabkan sulitnya melakukan
penghitugan hasil produksi.
4. Pengusaha sudah merasa
cukup dengan hasil yang dicapainya karena merasa dengan tercukupinya kebutuhan
sehari-hari mereka sudah merasa industrinya baik sehingga merasa tak
membutuhkan pembinaan dari TPL.
5. Pengusaha kurang serius
dalam menjalankan usahanya sehingga hasil yang didapat jauh dari yang
diharapkan.
6. Ada pengusaha yang tak terlalu optimis usahanya bisa
berkembang pada masa yang akan datang.
7. Ada beberapa pengusaha yang sudah berumur lanjut dan
tidak regenerasi untuk melanjutkan usaha tersebut sehingga penyuluhanpun
menjadi kurang optimal.
8. Adanya perbedaan cara pandang antara IKM dan TPL
seperti dalam hal bahan baku yaitu minyak untuk menggoreng. Kalau menurut IKM
minyak yang digunakan masih jernih sementara menurut TPL minyak tersebut sudah
tidak layak lagi digunakan karena minyak tersebut jarang sekali diganti dan hal
ini dibuktikan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yag
magang di situ menyatakan bahwa minyak goreng yang digunaka IKM sudah tidak
layak pakai.
9. Lamanya pembuatan desain kemasan di klinik kemasan
sehingga menghambat kelancaran proses penyuluhan.
10. Permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan yang
bersifat sistemik dimana harus ada peran pemerintah dan dinas terkait dalam
penyelesainnya seperti harga bahan baku yang sering melambung yang membuat
pengusaha kesulitan.
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Hasil penyuluhan yang dicapai oleh TPL selama tahun
pertama sudah terlihat pada IKM sulaman “Elok Yun” yaitu sudah ada dibuatkannya
arah tanda panah menuju rumah pengusaha (gambar terlampir). Sehingga hal ini
memudahkan pembeli menuju rumah IKM yang juga sekaligus menjadi tempat
penjualan produk. Hal ini berdampak pada peningkatan permintaan pembeli, karena
sekarang begitu banyak permintaan pembeli terhadap sulaman “Elok Yun”.
Sedangkan saran untuk pembuatan album motif sulaman,
masih dalam tahap proses dan akan segera direalisasikan. Selain itu juga untuk
memperluas wilayah pemasarannya, TPL berusaha untuk mencoba memamerkan produk
di acara pameran dan memperkenalkannya kepada para tamu yang berdatangan ke
Pariaman. Selain itu juga diusulkan untuk mengiklankan IKM di radio dan untuk
itu TPL mencarikan informasi dan syarat-syarat untuk bisa merealisasikan hal
ini. Dan hal ini masih dalam tahap proses untuk segera direalisasikan.
Untuk sulaman “Elok Yun”, TPL berusaha mencarikan
informasi untuk bisa beriklan di radio beserta persyaratan agar IKM bisa
beriklan melalui radio sehingga produk bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Meskipun IKM belum melakukan iklan di radio namun IKM sudah mulai untuk
melakukan promosi produknya melalui majalah bisnis yaitu melalui majalah IBN yellow pages. Materi iklan yang ada di
majalah ini juga diterbitkan melalui website-nya
sehingga diharapkan produk IKM semakin dikenal oleh konsumen, tidak hanya
konsumen yang ada di wilayah Sumatera Barat namun juga yang ada di seluruh
Indonesia karena majalah bisnis ini adalah majalah nasional yang otomatis
tersebar dan dibaca oleh masyarakat Indonesia.
Selain itu, TPL juga membantu membuatkan desain
kemasan untuk produk IKM ini. Namun, karena usulan desain kemasan yang
sebelumnya belum disetujui oleh IKM makanya TPL kembali membantu untuk
membuatkan desain kemasan yang baru. Desain kemasan sebelumnya kurang disetujui
oleh pemilik IKM karena warna dari kemasan tersebut agak gelap sehingga menjadi
kurang menarik. Untuk itu TPL kembali memperbaiki desain tersebut dengan
kembali mengkomunikasikannya dengan klinik kemasan yang ada di dinas karena
yang berperan dalam mendesain kemasan IKM adalah orang-orang yang ada di klinik
kemasan. Selain itu juga TPL mengikutsertakan IKM untuk seleksi bantuan
kemasan & fasilitasi pemasaran melalui pasar modern yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian.
TPL memilih IKM ini karena IKM ini tetap mempertahankan ciri khas daerah
Pariaman yaitu sulaman kepala peniti dan sulaman benang emas. Padahal IKM
lainnya yang sejenis sudah lama beralih ke bordir karena pengerjaan bordir yang
lebih cepat karena menggunakan mesin sementara sulaman ini menggunakan tangan
dan sangat manual sehingga lambat dalam pengerjaannya. Selain itu juga karena
IKM “Elok Yun” ini hasil produknya juga lebih bagus dari IKM lain yang sejenis
seperti dalam hal motif sulaman yang selalu baru dan tidak ada persamaan dengan
produk lain yang sejenis. Hal ini dikarenakan IKM selalu melakukan inovasi
terhadap produknya agar produknya selalu dimintai oleh konsumennya.
Sementara
itu, untuk masalah pembukuan, TPL kembali mengingatkan agar IKM mau melakukan
pencatatan keuangannya. Melakukan pencatatan keuangan sangat penting bagi suatu
perusahaan karena dari sinilah bisa diketahui secara real tentang kondisi
perusahaan dan juga bisa dilihat jumlah pemasukan dan pengeluaran yang terjadi
pada perusahaan dalam periode waktu tertentu dan ini bisa dijadikan sebagai
pembanding untuk periode berikutnya.
Sementara untuk sulaman “Suarni” dan sulaman “Abel” penyuluhan belum begitu
difokuskan. Hal ini dikarenakan sulitnya memberikan pencerahan kepada IKM yang
disebabkan juga pemilik IKM yang sudah mulai tua. Sehingga TPL tidak begitu
sering juga datang ke IKM tersebut.
Sedangkan untuk IKM sala lauak “Ibuk Lela”, gerobak
sala yang dalam perbincangan masih dalam tahap proses perealisasian. Selain
gerobak, TPL berusaha untuk merekomendasikan kepada dinas untuk memberikan
pelatihan kepada IKM ini dan sudah terealisasikan. Karena dinas menyetujui
usulan yang diberikan oleh TPL.
Untuk sala lauak “Ibuk Nurseha”, hal yang dilakukan
untuk perluasan pasar adalah dengan mengusulkan memberi plang merek pada
gerobak sala sehingga pembeli dengan mudah mengenal produk IKM dan hal ini
masih dalam tahap perealisasian. Sedangkan untuk diversifikasi produk, dalam
hal ini pemilik IKM agak merasa kesulitan untuk melakukannya karena pemilik
hanya sendiri dan tidak mempunyai tenaga kerja sementara kalaupun ditambah
tenaga kerja untuk membantu IKM, IKM belum merasa sanggup untuk menggaji tenaga
kerja. Sehingga hal ini belum begitu diprioritaskan.
Sedangkan untuk IKM Rajutan “Eti”, yang dilakukan
adalah baru pengidentifikasian masalah karena IKM baru beberapa kali didatangi
sehingga belum begitu terjadi pembinaan. Namun sudah dilakukan saran agar IKM
mengurus surat izin usaha karena untuk sebuah industri izin usaha sangatlah
diperlukan. Dan untuk hal tersebut TPL berusaha untuk mencarikan informasi
tentang syarat-syarat dalam pengurusan ijin usaha yaitu TPL mendatangi kantor
pelayanan perijinan terpadu yang ada di Kota Pariaman dan menanyakan tentang
persyaratan tersebut. Selain itu juga karena IKM belum memiliki plang merek,
maka TPL mengusulkan agar IKM membuat plang merek agar tempat/keberadaan IKM
lebih dikenal dan mudah dicari.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Secara umum penyuluhan dan pembinaan
yang dilakukan masih belum selesai, karena beberapa aktivitas belum terlaksana
akibat cara pandang IKM tentang kebutuhan perbaikan dan pengembangan usaha yang
masih memerlukan diskusi lebih lanjut. Namun,
B.
Saran
Tindak Lanjut
Untuk melaksanakan kegiatan
pembinaan pada masa yang akan datang, TPL mengharapkan kerja sama dengan Dinas
Kopperindag maupun instansi terkait lainnya untuk melakukan koordinasi,
pengarahan, dan pengawasan terhadap program ini.
Lampiran-lampiran
IKM Sulaman “Elok Yun”
S
sebelum penyuluhan setelah penyuluhan
IKM Sala Lauak “Ibuk Lela”
Gerobak
sekarang
gerobak
yang diusulkan
h