Kamis, April 15, 2010

gugus kendali mutu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan. Sistim ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi sesuatu masalah (inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) di lingkungan kerja seluruh jajaran SDM perusahaan, sehingga dapat membentuk kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif.
Fungsi dan kegunaan GKM adalah (1) Penerapan/pentradisian GKM di lingkungan perusahaan IKM akan ikut mempercepat sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui praktek nyata dalam kehidupan perusahaan sehari-hari, sehingga hasilnya akan jauh lebih efektif daripada sistim ceramah teori yang sering terkendala oleh daya-serap peserta dari kalangan IKM dan (2) Apabila pemasyarakatan GKM dapat diterapkan semakin meluas di kalangan IKM, hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan dan pertumbuhan IKM terutama oleh faktor pendorong knowledge-based.
Maksud pelatihan GKM adalah untuk menghasilkan suatu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan dan produktivitas kerja industri/jasa.
Tujuan penerapan GKM, antara lain untuk : 1. Peningkatan mutu dan peningkatan nilai tambah. 2. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya 3. Peningkatan kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai target 4. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku 5. Peningkatan hubungan yang secara antara atasan dan bawahan. 6. Peningkatan ketrampilan dan keselamatan kerja 7. Peningkatan kepuasan kerja.
8. Pengembangan tim (Gugus Kendali Mutu)

2.1 PENGERTIAN GKM
Upaya untuk meningkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu satuan kerja baik dunia usaha maupun birokrasi perlu dilaksanakan terus menerus sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuannya secara optimal.
Sejak dahulu, terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkan konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan meningkatkan kinerja organisasi. Antara lain dapat dikemukakan adalah konsep Max Weber tentang Birokrasi, Konsep Taylor tentang Manajemen ilmiah, Fayol dengan 14 prinsip-prinsip, serta konsep perilaku manusia yang mengutamakan motivasi
Konsep serta prinsip organisasi dan manajemen ini, telah mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi baik pada perusahaan, pemerintahan dan organisasi social.
Total Quality Control (Pengendalian Mutu Terpadu) diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W. deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaoru Ishitawa dengan menerapkan Quality Control Circle (QCC) atau gugus Kendali Mutu (GKM). GKM adalah salah satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja industri/jasa. Terbukti bahwa salah satu factor keberhasilan industrialisasi di Jepang adalah penerapan GKM secara efektif. Karena keberhasilan ini, sejumlah negara industri maju dan sedang berkembang termasuk Indonesia, menerapkan GKM diperusahaan-perusahaan industri guna meningkatkan mutu, produktivitas dan daya saing.
GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dar 3 – 8 orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah. GKM merupakan bagian integral dari PMT dalam suatu organisasi.
Tujuan GKM ini adalah untuk mendayagunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan / instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Objek perbaikan (tema) GKM sangat luas meliputi bahan, proses, produk, lingkungan dan lain-lain. Tema perbaikan / objek dapat berasal dari anggota gugus, fasilitator, ketua GKM atau pimpinan perusahaan / organisasi.
Penerapan GKM secara konsisten pada perusahaan akan sangat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain :
- Perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah
- Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya
- Peningkatan kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai target
- Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku
- Peningkatan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
- Peningkatan ketrampilan dan keselamatan kerja
- Peningkatan kepuasan kerja
- Pengembangan tim (gugus kendali mutu



2.2. SARANA PENGENDALIAN MUTU
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8 langkah dan 7 alat secara berkesinambungan yaitu :
a. Delapan langkah
Delapan Langkah yang digunakan meliputi :
P berarti “Planning” (perencanaan) meliputi 4 langkah yaitu :
L1 : Menentukan pokok masalah
L2 : Membahas penyebab
L3 : Menguji Penyebab
L4 : Menyusun rencana penanggulangan
D berarti “Do” (pelaksanaan) meliputi 1 langkah yaitu :
L5 : Pelaksanaan penanggulangan
C berarti “Check” (meneliti hasil) meliputi 1 langkah yaitu :
L6 : Meneliti hasil
A berarti “Action” (tindakan) meliputi 2 langkah yaitu :
L7 : Standarisasi
L8 : Langkah berikutnya
b. Tujuh Alat
Tujuh alat yang digunakan meliputi :
1) Check Sheet aatau Lembar Pengumpul Data
Check Sheet adalah merupakan alat yang mutlak diperlukan bagi mereka yang melaksanakan penelitian dan pengendalian kualitas atau kuantitas barang ataupun jasa. Karena dari data yang didapat /dikumpulkan dapat mengambil suatu gambaran, kesimpulan ataupun keputusan yang akurat. Tanpa mempunyai data membuat pengambilan kesimpulan/keputusan ataupun rencana tindakan hanya berdasarkan kira-kira saja, sehingga bukan suatu yang mustahil akhirnya kesimpulan/keputusan akan jauh dari yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Check Sheet, antara lain :
- Sasarannya harus jelas
- Keterangan yang diperlukan memenuhi sasaran
- Dapat diisi dengan mudah dan cepat
- Dapat disimpulkan dengan cepat



Secara umum Check Sheet dibagi dalam 3 jenis dengan fungsinya masing-masing :
a) Check Sheet
Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan sasaran/keperluannya dengan kolom jumlah/ukuran barang atau kegiatan yang diperiksa dengan penentuan waktu yang teratur ataupun bebas.
Fungsi Check Sheet :
- untuk menghitung jumlah produksi/jasa yang dihasilkan
- untuk menghitung kerusakan/kesalahan produk yang dibuat
- untuk mengukur bentuk (panjang/volume hasil produksi)
- untuk mengukur keadaan/kondisi alat/hasil produksi
- untuk mengukur waktu proses pekerjaan

b) Check List
Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan sasaran/keperluannya, kegiatan yang dicocokkan keberadaanya/jumlahnya dengan penentuan waktu yang tertentuFungsi Check List :
- untuk mencocokkan ukuran hasil produksi dengan standar
- untuk mencocokkan jumlah pengiriman dengan pesanan
- untuk mencocokkan barang dengan jumlah yang dibawa/dikirim
- untuk mengontrol jenis barang yang dibeli.
c) Check drawing
Suatu lembaran yang berisi gambar barang yang telah ditentukan untuk diperiksa keadaannya dan setiap barang menggunakan lembar yang berbeda.
Fungsi Drawing :
- untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan
- untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian barang produksi
- untuk pengontrolan lokasi masalah yang akan/telah diselesaikan
Contoh Check Sheet :
No Jenis Cacat MI MII MIII MIV Jumlah Ket
1
2
3 Logo
Jahitan
Anyaman 6
20
8 8
25
8 6
30
12 5
20
12 25
95
40
Jumlah 34 41 48 37 160

2) Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah kombinasi dua macam bentuk grafik yaitu grafik kolom dan grafik garis, berguna untuk :
- menunjukkan masalah utama/pokok masalah
- menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan
- menunjukkan perbadingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan

Langkah-langkah pembuatan Diagram Pareto
Langkah 1: Tentukan bagaimana data harus diklasifikasikan menurut pelaksanaan pekerjaan.
Langkah 2: Tentukan periode waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan buat lembar isian (check sheet) yang mencakup periode waktu dari semua klasifikasi data yang mungkin, kemudian kumpulkan datanya.
Langkah 3: Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu dan catatlah jumlah totalnya
Langkah 4: Gambarlah sumbu horizontal dan vertical pada secarik kertas grafik. Bagilah sumbu horizontal ke dalam bagian yang sama, satu bagian untuk tiap kelompok. Skala sumbu vertical dibuat sedemikian rupa sehingga titik puncak sumbu vertical tersebut menggambarkan suatu jumlah yang sama dengan jumlah total dari semua kelompok.
Langkah 5: Gambar data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah kiri dari grafik tersebut dengan kelompok yang semakin kecil. Bilamana ada kelompok yang disebut “lain-lain“ gambarkanlah kelompok itu pada bagian yang paling akhir setelah kelompok yang paling kecil
Langkah 6: Gambarlah garis komulatif. Mulailah dengan menggambar garis diagonal memotong kolom yang pertama, dengan dimulai dari dasar pada sudut kiri (titik nol). Dari bagian atas sudut kanan pada kolom pertama, lanjutkan garis ini ke arah yang baru dengan menggerakkannya kearah kanan yang jaraknya sama dengan tinggi kolom kedua, dari titik tersebut tariklah garis lurus untuk ruas berikutnya , teruskan ke arah kanan dengan jarak yang sama
dengan lebar kolom dan menuju ke atas dengan jarak yang sama dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus sampai ujung sudut kanan paling atas dari grafik tercapai. Tingginya garis komulatif pada titik ini menggambarkan jumlah data yang telah dikumpulkan
Langkah 7: Buat sumbu vertical yang lain di sebelah kanan grafik, dan buat skala dari 0 – 100 %. Akhir dari garis komulatif adalah pada titik yang betuliskan 100%.
Langkah 8: Tambahkan keterangan pada diagram pareto tersebut. Jelaskan siapa yang telah mengumpulkan data tersebut , kapan dan dimana, serta tambahan informasi apa saja yang penting untuk mengidentifikasi data. Tuliskan tanggal pembuatan diagram pareto tersebut, nama anggota gugus yang bertanggung jawab atas persiapan diagram tersebut.
Contoh diagram pareto
Data pada Check Sheet dibuat Stratifikasi :
No Jenis Cacat Jumlah % % Komulatif
2 Jahitan 95 60 60
3 Anyaman 40 25 85
1 Logo 25 15 100
Jumlah 160 100

3) Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) Disebut juga “ Grafik Tulang Ikan”, yaitu diagram yang menunjukkan sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya.
Penggunaan Analisis Sebab Akibat :
- Untuk mengenal penyebab yang penting
- Untuk memahami semua akibat dan penyebab
- Untuk membandingkan prosedur kerja
- Untuk menemukan pemecahan yang tepat
- Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan
- Untuk mengembangakan proses


2.3 PERANGKAT GKM
Perangkat-perangkat GKM adalah Fasilitator, Ketua GKM, Anggota dan Pimpinan Organisasi. Setiap perangkat tersebut mempunyai tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut
a. Fasilitator
Fasilitator adalah seorang pembimbing dalam memecahkan persoalan/masalah yang dihadapi dan sekaligus meribah sikap mental para karyawan khususnya anggota GKM diperusahaan yang bersangkutan, agar para karyawan menyadari sepenuhnya bahwa seluruh karyawan wajib menjaga dan meningkatkan mutu produk dari perusahaannya.
Tugas utama yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator adalah :
1) Memilih objek perusahaan industri/pedagang kecil untuk komoditi tertentu, kemudian membentuk dan membimbing GKM yang telah dipilihnya
2) Mengarahkan aktivitas GKM dalam berbagai tahap yaitu :
a) Permulaan
b) Latihan
c) Pengembangan
d) Pendewasaan
e) Penutupan
3) Membimbing GKM untuk mengadakan pertemuan kelompok secara periodic sekurang-kurangnya sekali dalam satu minggu guna mencari masalah pokok dan mencari pemecahan masalah tersebut hingga tuntas.
4) Memberikan cara-cara menetapkan judul/masalah, mencari penyebab (diagram tulang ikan), pemecahan masalah (8 langkah 7 alat), pembuatan risalah dan presentasi
5) Memberikan saran-saran pemecahan masalah apabila terjadi kemacetan
6) Mencari ide-ide


7) Melakukan evaluasi terhadap hasil GKM dalam rangka penyempurnaan/seleksi kelompok GKM, dan untuk melaksanakan tindak lanjut program selanjutnya.
8) Mengorganisir pertemuan-pertemuan informal
9) Mendampingi kelompok GKM selama mengikuti Konvensi.
10) Membuat laporan kegiatan GKM kepada Koordinator Fasilitator

Seorang Fasilitator adalah yang telah memperoleh pelatihan Fasilitator dan memiliki pengetahuan tentang pekerjaan dalam organisasi perusahaan industri/perusahaan dagang, antara lain :
1) Operasi dari perusahaan industri/dagang
2) Jasa produksi
3) Hubungan dengan penjualan/pembelian
4) Manajemen perusahaan

b. Ketua Gugus, dengan tugas :
1) Membuat rencana untuk pertemuan
2) Membangkitkan semangat kegiatan kelompok
3) Menyimpulkan
4) Menjaga kontinuitas kerja kelompok dengan cara memelihara koordinasi yang harmonis
5) Menyimpulkan hal apa yang harus dilakukan untuk pertemuan berikutnya
6) Bertanggung jawab atas catatan-catatan kegiatan kelompok yang dipimpinnya dengan menggunakan sebuah agenda (Recording & Filling) dan membuat segala sesuatunya menjadi jelas dengan menggunakan flip charts
7) Bekerja berdasarkan masalah para anggota dan kritik terhadap kelompok
8) Menjaga agar rapat-rapat berjalan dalam jalur (tata tertib) yang betul
9) Menjadi perantara utama (Key Link) antara kepentingan anggota kelompok dan atasan (manajemen).
10) Bertanggungjawab atas kekompakan kelompok.
11) Mengatur waktu secara baik serta memulai dan mengakhiri pertemuan tepat pada waktunya
12) Perlihatkan kesungguhan hati dan perhatian yang penuh terhadap proses kendali mutu
c. Anggota Gugus, dengan tugas :
1) Menghadiri semua pertemuan kelompok dan menyenangi pekerjaan
2) Mempelajari metoda statistik dalam rangka penerapan Delta (8 langkah dan 7 alat).
3) Hadir dalam setiap pertemuan tepat pada waktunya serta mengikuti peraturan tata tertib dan kebijaksanaan GKM
4) Berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah
5) Mempromosikan program GKM dan membantu menarik anggota baru masuk gugus

d. Pimpinan Organisasi
Peranan Pimpinan organisasi adalah sebagai pengarah yang meliputi kegiatan :
1) Memberi pengarahan kepada karyawan tentang manfaat GKM dan mempromosikan program GKM
2) Menentukan arah dan tujuan pembentukan GKM
3) Menyusun wadah organisasi dan menyiapkan sarana GKM
4) Memberikan petunjuk pelaksanaan GKM
5) Mendorong kegiatan-kegiatan GKM
6) Memilih dan mengangkat fasilitator
7) Memotivator seluruh kegiatan GKM
8) Menghadiri pertemuan dan meninjau secara tetap
9) Menjaga agar program tetap menarik dan menyenangkan bagi anggota gugus
10) Mendapatkan bahan latihan dan menambahkan bahan baru untuk mempertinggi pengetahuan/wawasan bagi para anggota GKM
11) Menilai dan memberikan hadiah dan penghargaan


2.4. PENERAPAN
a. Penerapan GKM adalah kegiatan untuk mengaplikasikan konsep PMT pada perusahaan industri kecil melalui GKM dengan segala aktivitasnya.

b. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha pada perusahaan yang termasuk criteria industri kecil dan menengah untuk menerapkan GKM, yang diutamakan industri sub kontrakting atau industri yang berorientasi ekspor.
c. Hasil yang ingin dicapai dengan kegiatan ini ialah terbentuknya GKM pada perusahaan industri kecil terutama pada perusahaan yang memproduksi komoditi prioritas.
d. Materi penerapan dititikberatkan pada penerapan konsep PMT melalui kelompok GKM.
e. Kelompok Sasaran
Yang menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan ini adalah para karyawan/tenaga kerja perusahaan yang bersangkutan.
f. Metode yang digunakan dalam penerapan GKM adalah 8 (delapan) langkah dan 7 (tujuh) alat untuk menentukan obyek/masalah, analisa, perumusan langkah-langkah perbaikan sampai kepada kegiatan penyusunan risalah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh personil Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang telah mendapatkan pendidikan sebagai fasilitator GKM.
g. Kegiatan ini dilaksanakan di dalam perusahaan IKM yang telah dipilih / diseleksi pada saat pemasyarakatan GKM.
h. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Juni sampai dengan Oktober
i. Langkah-langkah penerapan GKM meliputi :
• Pembentukan GKM
• Bimbingan proses kegiatan gugus
• Pembuatan laporan gugus
• Pelatihan presentasi
j. Pembuatan risalah dilakukan setelah dilakukan pengujian standarisasi (L7) dan hasilnya baik (tetap).
k. Fasilitator membuat laporan pelaksanaan kegiatan penerapan GKM kepada koordinator GKM tingkat propinsi dan diteruskan ke BAPIK sesuai form-form yang telah dibakukan.

laporan KKP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akademi teknologi industri padang (ATIP) merupakan institusi pendidikan yang berada di bawah naungan Depatemen Perindustrian. Pada tahun ajaran 2007/2008 dilaksanakan progam beasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dengan jurusan kimia analisis konsentrasi pengolahan industri pangan. Program Tenaga Penyuluh Lapangan Indusrti Kecil dan Menengah ini merupakan salah satu kebijakan yang mendukung pembangunan industri yaitu dalam pengembangan usaha kecil menegah agar menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional.
Keberadaan industri kecil menengah sekarang ini dipandang penting oleh pemerintah, Alasan pertama adalah karena tingginya ketahanan IKM menghadapi krisis ekonomi, serta IKM memiliki korelasi tinggi terhadap karakteristik bisnisnya dan tidak atau hanya sedikit yang bergantung dengan pihak luar negeri,baik modal maupun bahan baku. Kedua, kinerja IKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Ketiga, sebagai bagian dari dinamikanya, IKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi adalah karena sering diyakini bahwa IKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang industri besar.
Berdasrakan Surat Keputusan Sekretaris Jendral Departemen Perindustrian Indonesia nonor 05/SJ-IND/PER/3/2007 tentang Pedoman Teknis Peyelenggaraan Program Beasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan Indusrti Kecil dan Menengah. Program TPL yang jenjang pendidikannya D3, tak lain merupakan jejang pendidikan profesi yang mempersiapkan mahasiswanya agar setelah lulus langsung dapat mejadi sumber daya manusia siap pakai dan professional di bidangnya, maka perlu banyak diberikan pengetahuan dan pengalaman yang bersifat aplikatif dan sesuai dengan kondisi di masyarakat khususnya masyarakat industri kecil dan menengah yang ada saat ini. Oleh karena itu salah satu cara yang dapat diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa yang berada pada jenjang pendidikan D3 ini adalah dilaksanakannya Kuliah Kerja Praktek (KKP) pada masa akhir studi selama 1 bulan lamanya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa pada kondisi Industri Kecil dan Menengah yang sesungguhnya di Lapangan, agar mahasiswa tidak canggung ketika menghadapi Industri Kecil dan Menengah di daerah masing-masing setelah menyelesaikan perkuliahan nantinya.
Pada kegiatan KKP ini, kelompok kami mendapatkan tempat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten 50 kota, dan berkesempatan mengunjungi beberapa IKM yang berada di wilayah Kabupaten 50 kota, diantaranya yaitu IKM KOKOCI yang memproduksi berbagai jenis rendang dan Ganepo, IKM DARSI yang memproduksi Karak Kaliang sebagai produk andalan, dan IKM Berkat Ilahi yang memproduksi Karak Kaliang.
1.2 Waktu dan Tempat KKP
Pelaksanaan KKP dilakukan pada tanggal 15 Maret – 15 April 2010. Tempatnya yaitu di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten 50 Kota, akan tetapi pelaksanaan teknisnya dilakukan di IKM-IKM yang ada di Kabupaten 50 Kota tersebut. IKM yang dikunjungi yaitu IKM KOKOCI, IKM DARSI, dan IKM BERKAT ILAHI
1.3 Tujuan KKP
Adapun tujuan kegiatan Kuliah Kerja Praktek yang dilaksanakan oleh Akademi Teknologi Industri Padang dengan peserta mahasiswa program beasiswa tenaga penyuluh lapangan ini adalah:
1. Agar mahasiswa benar-benar mengetahui kondisi Industri Kecil dan Menengah yang sesungguhnya di Lapangan.
2. Agar mahasiswa mampu menganalisa permasalahan-permasalahan yang ada di Industri Kecil dan Menengah sekaligus rencana perbaikan untuk IKM tersebut.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Adapun cara yang penulis lakukan untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan tentang permasalahan yang dihadapi oleh IKM-IKM yang dikunjungi.
2. Wawancara Langsung
Yaitu dengan cara mewawancarai baik pemilik IKM maupun karyawannya tentang permasalahan yang dihadapi oleh IKM_IKM yang dikunjungi.












BAB II
PROFIL DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN 50 KOTA

Dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten 50 Kota merupakan dinas terkait yang berada di dalam lingkup Kabupaten 50 Kota yang pembagiannya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari peraturan bupati Kabupaten 50 Kota yaitu nomor 36 tahun 2009.
Susunan organisasi dinas ini adalah sebagai berikut.
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, terdiri dari
• Sub bagian umum dan kepegawaian
• Sub bagian keuangan
• Sub bagian program dan pelaporan
3. Bidang Perindustrian, terdiri dari
• Seksi industri agro dan kimia
• Seksi industri logam mesin, elektronika, dan aneka
• Seksi pendataan dan monitoring
4. Bidang perdagangan, terdiri dari
• Seksi bina usaha dan fasilitasi permodalan
• Seksi distribusi dan promosi
• Seksi sarana dan prasarana pasar
5. Bidang Tata Laksana, terdiri dari
• Seksi kelembagaan dan kemitraan
• Seksi pengawasan perijinan dan non perijinan
• Seksi pengembangan SDM
6. Bidang Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan Perlindungan Konsumen, terdiri dari
• Seksi metrologi
• Seksi perlindungan konsumen
• Seksi pencegahan pencemaran lingkungan
7. Kelompok Jabatan Fungsional










BAB III
PROFIL IKM
2.1 IKM KOKOCI
2.1.1 Sejarah Singkat IKM
Dari beberapa industri di daerah Kab.50 Kota yang memproduksi berbagai jenis rendang adalah IKM KOKOCI. IK KOKOCI adalah suatu usaha kecil menengah bergerak di bidang pengolahan makanan tradisional yang berdiri pada tahun 2004.
Secara ringkas, data umum perusahaan ini adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan : KOKOCI
Nama Pimpinan : Ir. Zulfayetri dan Ir. Elda
Alamat : Koto Kaciak Kab. 50 Kota
Kontak Person : 08126695536
Jenis Produk : Rendang Daging Runtiah, Rendang Ayam Runtiah, Rendang Telur, Rendang Paru, Rendang Belut, Rendang Ubi Maco, Rubik Ganepo
Produksi : Rendang telur → 6 ton per tahun
Rendang paru → 1,8 ton per tahun
Rendang ubi maco → 1,8 ton per tahun
Rendang daging runtiah → 1,8 ton per tahun
Rendang ayam runtiah → 360 kg per tahun
Rendang belut → 480 kg per tahun
Rubik ganepo → 18 ton per tahun
Daya Tahan : 6 bulan
Kemasan : Kotak dan plastik
Surat izin usaha : - TDP.030951500321
- TDI. 56/Lem.3/11/2006
- P-IRT. 814/Lem.3/514/LK/PK/2006
- SIUP. 203130801014
- HO. 217/BLK-2006(amdal)
Pada awal didirikan Kokoci dengan pimpinan bapak Zulfayetri dan ibu Elda mengusahakan beternak ayam buras, itik arab, puyuh dan sapi,sehingga untuk memamfaatkan hasil usahanya berupa telur maka mereka berusaha mencari ide untuk membuat rendang yang bahan bakunya berasal dari telur dan tepung Rose Brand. Dengan usaha tersebut tentu saja dapat meningkatkan hasil produksi mereka dengan respon positif yang mereka dapatkan dari masyarakat. Kemudian mereka menambah produksinya dengan memamfaatkan hasil tanaman berupa ubi kayu dimana pada daerah Kab.50 Kota ubi kayu sangat mudah diperoleh. Walaupun denmikian ubi kayu tersebut mempunyai kelebihan yaitu menggunakan ubi kayu khusus dengan sebutan “ubi dumai”.
Sebelum menjalankan usahanya, ibu Elda adalah seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Setelah tamat dari kuliahnya ibu Elda berkeinginan menjadi seorang wirausaha yang sukses berbeda dengan saudaranya yang lain yang kebanyakan menjadi seorang pegawai negeri. Dengan harapan dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Maka ibu Elda dan suaminya melakukan produksi berbagai rengang diantaranya rendang :telur, paru, daging runtiah, daging potongan,ayam runtiah, ubi maco,belut, daun kayu dll serta ganepo renyah dan pedas dll.
Usaha yang dijalankan pasangan suami istri ini menggunakan modal awal sekitar dua ratus ribu sampai tiga ratus ribu pada tahun 2004 dengan peralatan yang cukup sederhana yaitu satu buah wajan dan 15 butir telur ratak karena pada waktu itu dari hasi beternak ayamnya banyak dihasilkan telur yang retak. Setelah itu ibu Elda mencoba membawa rendang hasil buatannya pada acara PKK karena pada saat itu beliau menjabat sebagai ketua PKK.Dengan demikian ibu Elda akan dapat menerima banyak masukan terutama mengenai rasa rendang yang dihasilkannya sehingga dilain kesempatan beliau dapat terus meningkatkan kualitas rasa dari rengang yang dihasilkan.
Industri Rendang Kokoci menggunakan sebuah semboyan “satu untuk semua, semua untuk satu” sehingga tenaga kerja yang terdiri dari 9 orang tidak mempunyai profesi khusus melainkan serba bisa menjalankan proses produksi.
2.1.2 Pemasaran dan harga Jual
Saat ini produk dari IKM KOKOCI sudah dipasarkan ke daerah Padang yaitu pada toko Christine Hakim, Jakarta, Batam, Pekanbaru, Semarang, dan Yogyakarta. Pemasaran dilakukan dengan pengiriman melalui PT POS Indonesia. Kerjasama dengan PT POS Indonesia ini dilakukan karena seringnya melakukan pengiriman ke luar kota.
Harga yang ditawarkan ibu Elda pun tidak terlalu tinggi dapat dilihat sebagai berikut: Harga rendang yang ditetapkan oleh Bu Elda dengan bungkusan paling kecil seperti berikut di bawah ini.
• Rendang telur : Rp 8000 /bungkus /Rp 40.000/kg
• Rendang Paru : Rp 25.000 /bungkus
• Rendang Runtiah: Rp 25.000 /bungkus
• Rendang ubi : Rp 8000/bungkus
Sedangkan untuk harga Ganepo dibagi menjadi 2 :
• Ganepo renyah harga lebih murah dari pada Ganepo pedas yaitu Rp 3500/bungkus atau Rp. 17500/kg
• Ganepo pedas dengan harga Rp 4000/bungkus
2.1.3 Proses Pengolahan
1) Rendang telur
Alat
• Baskom untuk wadah telur yang sudah dipecahkan
• Sendok untuk mengocok telur
• Wajan untuk menggoreng telur dan pembuatan rendang
• Kompor untuk memanskan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng telur
• Pisau untuk memotong telur yang suda di dadar
• Blender untuk menghaluskan bumbu yang akan dicampurkan dalam pembuatan rendang telur.
• Sendok wajan untuk mengaduk telur yang sudah didadar.
• Plastik kemas untuk pengemasan telur yang sudah jadi .
• Seller untuk perekat kemasan.
Bahan
• Telur sebagi bahan utama dalam pembuatan rendand telur
• Tepung rose brand sebagai pencampuran dalam pembutan dadar
• Santan kelapa untuk memasak rendang telur
• Bumbu dapur sebagi penyedap rasa
• Minyak goreng untuk mendadar telur.
Cara pengolahan
• Telur yang akan dijadikan rendang telur harus benar – benar diseleksi dengan baik.
• Setelah telur diseleksi, langsung dipecahkan dan dimasukan kedalam wadah,
• Kemudian ditambahkan dengan tepung rose brand sebagai pencampuran dalam pembuatan dadar.
• Setelah itu campuran tepung rose brand dan telur dikocok sampai homogen.
• Selanjutnya dilakukan penggorengan
• Setelah telur didadar telur tersebut dipotong dengan bentuk sesuai dengan selera masing – masing.
• Telur yang sudah dipotong – potong dengan rapi kemudian dimasukan kedalmsantang yang sebelumnya yang sudah dimasak, sampai santang tersebut menjadi kering hingga terbentuk rendang.
• Setelah perendangan selesai diangkat dan ditempatkan kewadah lain dan didiingkan untuk tahap selanjutny
• Rendang yang sudah dingin kemudian dikemas kedalm kantong plastik yang sudah disediakan. Kemudian dirapikan dengan seller.
2) Rubik Ganepo
Alat
• Pisau digunakan untuk mengupas dan memotong ubi kayu
• Talenan untuk tempat memotong ubi kayu
• Baskom untuk merendam ubi kayu yang sudah dikupas
• Wajan dan kompor untuk penggorengan ubi kayu .
• Serok sebagai penyaring ubi kayu yang sudah digoreng.
• Blender untuk menghaluskan bumbu – bumbu yang akan digunakan.
• Plastik kemas untuk pengemasan rubik ganepo yang sudah jadi.
Bahan
• Ubi kayu sebagai bahan utama dalam pembuatn rubik ganepo
• Minyak goreng untuk menggoreng ubi
• Bumbu – bumbu seperti cabe, kunyit, bawang merah, bawang putih, garam sebagai penyedap rasa.
Cara pengolahan
• Ubi kayu yang akan digunakn harus benar – benar bagus.
• Kemudian bumbu yang akan digunakan tidak boleh membusuk
• Ubi yang sudah dipilih tadi dikupas dan dibuang lendir – lendirnya kemudian direndam untuk menghilangkan kotoran.
• Setelah ubi direndam dipotong seperi dadu.
• Ubi yang sudah dipotomg seperti dadu selanjuntnya dilakukan penggorengan
• Setelah ubi digoreng kemudian diangkat dan ditiriskan sampai dingin, setelah dingin bumbu yang sudah diblender dicampurkan kedalam ganepo yang suda digoreng..
• Setelah rubik ganepo yang sudah dicampur dengan bumbu kemudian dikemas dan disealler dengan rapi.
3) Runtiah paru daging
Alat
• Pisau untuk memotong – motong daging
• Talenan untuk tempat memotong daging
• Baskom untuk meletahkan daging
• Pengukusan untuk mengukus daging yang sudah dipotong – potong.
• Wajan besar untuk tempat perendangan.
• Sendok besar untuk mengaduk – ngaduk rendang
Bahan
• Daging sebagai bahan utama dalam pembuatan runtiah daging paru
• Santang kelapa untuk memasak rendang daging
• Bumbu dapur sebagi penyedap rasa.
Cara pengolahan
• Daging dipotong – potong sesuai dengan selera dan selanjunya dicuci hingga bersih dan ditiriskan kemudian dilakukan pengukusan sampai daging menjadi empuk
• Setelah daging empuk ditiriskan dan didinginkan.
• Daging yang sudah dingin dimasukan kedalm wajan yang telah berisi santan kelapa dan bumbu – bumbuh yang sebelumnya yang sudah dimasak, kemudian diaduk – aduk dan dibiarkan selama 8 jam.
• Rendang yang sudah jadi dingkat dan didinginkan pada wadah lain
• Setelah itu dilakukan pengemasan dan diseller secara rapi.
2.1.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja di IKM KOKOCI ini berjumlah 4 orang, jumlah tenaga kerja yang bisa dikatakan sedikit ini dikarenakan KOKOCI tidak hanya memproduksi sendiri produk yang dipasarkannya, akan tetapi juga banyak mengambil produk setengan jadi dari IKM lain yang kemudian dikemas sendiri dengan kemasan bermerk KOKOCI.
Tenaga kerja di IKM ini tidak memiliki spesifikasi tugas khusus, mereka melakukan semua pekerjaan di IKM tersebut secara bergantian, sehingga gaji yang didapat oleh setiap karyawanpun relative sama.



2.2 IKM DARSI
2.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
IKM Darsi ini didirikan sekitar tahun 2004 dengan modal awal yaiu Rp 5.000.000,- dengan mempekerjakan tiga orang karyawan. Saat itu IKM ini memproduksi sebanyak 100 kg ubi kayu. Pada saat ini IKM DARSI tidak hanya memproduksi karak kaliang namun juga kerupuk sanjai dan kerupuk balado. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dan untuk lebih memvariasikan hasil produk.
Untuk saat ini IKM ini sudah bisa memproduksi 500 kg ubi per hari atau sekitar 300 kg karak kaliang. Pada awalnya IKM ini hanya memiliki karyawan 3 orang namun seiring bergulirnya waktu dan bertambah besarnya pesanan sehingga sekarang IKM ini telah mempekerjakan 14 orang tenaga kerja.
2.2.2 Pemasaran dan Harga Jual
Produk yang dihasilkan oleh IKM DARSI saat ini telah dipasarkan ke daerah – terutama – Sumatera Barat, Padang, dan Pekanbaru. Untuk daerah di luar daerah Sumatera Barat penjualan dilakukan dengan mengirimkan produk ke tempat pembeli karena merupakan langganan tetap dan ongkos pengiriman produk biasanya ditanggung oleh pembeli. Selain dengan mengirimkan produk, biasanya pembeli tersebut juga langsung mendatangi IKM DARSI dan transaksi dilakukan di tempat pembuatan produk.
Untuk harga jual, IKM ini menetapkan harga jual untuk karak kaliang Rp.9000,-/kg jika dijual secara grosiran dan jika dijual secara eceran maka dijual Rp.14.000,-/kg. Perbedaan harga ini dilakukan untuk menyamakan harga eceran dengan pedagang pengecer lainnya. Karena kalau IKM DARSI menjual karak kaliang secara eceran dengan harga di bawah harga pengecer maka tentu saja pembeli akan membeli langsung pada IKM DARSI.
2.2.3 Proses Produksi dan Cara Pengolahan
Berhubung karena IKM DARSI tidak hanya memproduksi karak kaliang makanya setiap harinya produksi dilakukan bergantian yaitu kalau misalnya hari ini memproduksi karak kaliang maka besoknya diproduksi keripik sanjai atau keripik balado. Namun tetap yang diutamakan adalah karak kaliang karena memang karak kaliang sebagai produk utama dari IKM ini.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat karak kaliang adalah sebagai berikut.
• Ubi kayu sebagai bahan utama.
• Jahe 1 kg untuk setiap 30 kg ubi.
• Bawang putih 1 kg untuk setiap kg ubi.
• Garam kira-kira 1 ons.
• Pewarna 1 ons untuk setiap kg ubi. Pewarna yang digunakan yaitu pewarna kuning merk Red bell.
• Minyak goreng untuk menggoreng karak kaliang.
Alat-alat yang digunakan yaitu sebagai berikut
• Wajan yang digunakan untuk menggoreng karak kaliang.
• Pencetak untuk mencetak karak kaliang.
• Nampan sebagai wadah untuk menampung karak kaliang yang habis dicetak.
Adapun cara pembuatan karak kaliang di IKM DARSI adalah sebagai berikut
• Singkong dikupas dari kulitnya dan dicuci bersih.
• Singkong yang telah dikupas tadi kemudian digiling dengan mesin penggiling. Dalam hal ini IKM DARSI mengupahkannya ke tempat lain sebab IKM ini tidak mempunyai mesin penggiling singkong.
• Setelah itu dicampur dengan bumbu-bumbu yang telah dipersiapkan yaitu jahe, pewarna, garam,
• Kemudian dibuat jadi adonan yang kalis dengan cara penambahan tepung tapioca saat mengadonnya.
• Lalu adonan dimasukkan dalam cetakan sebelum dicetak menjadi bentuk angka delapan. Pencetakan ini dilakukan agar pembentukan membentuk angka delapan menjadi mudah dan lebih efisien.
• Setelah itu baru dilakukan penggorengan hingga matang, didinginkan sebentar kemudian dikemas dalam plastik.
2.2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada IKM ini berjumlah 14 orang dengan 12 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Yang laki-laki hanya untuk bagian penggorengan saja sedangkan yang perempuan di bagian pengadonan, dan pencetakan.
Upah tenaga kerja bervariasi. Hal ini tergantung posisinya dan kecepatan dalam bekerja. Tapi secara keseluruhan karyawan menerima upah Rp. 25.000-Rp. 30.000 / hari.
2.3 IKM BERKAT ILAHI
2.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
IKM yang memproduksi Karak Kaliang ini sudah berdiri sejak 25 tahun yang lalu oleh Ibu Gusna di daerah Padang Mangatas Kab.50 Kota. Modal awal yang diperlukan untuk mendirikan IKM ini adalah sebesar Rp.10.000.000 dengan peralatan yang sudah cukup lengkap.
Karyawan awal yang Ibu Gusna pekerjakan di IKM BERKAT ILAHI ini ada sebanyak 30 orang lebih, namun sayangnya IKM ini sekarang malah mengalami kemunduran yang cukup drastis. Dari yang awalnya memiliki karyawan lebih dari 30 orang kini karyawannya hanya mencapai 13 orang karena persaingan pasar yang semakin ketat. Dulu jarang sekali IKM yang memproduksi Karak Kaliang, namun kini IKM saingan yang memproduksi Karak Kaliang juga sudah sangat banyak, bahkan karyawan yang dulunya bekerja di IKM BERKAT ILAHI kini justru banyak yang membuka IKM sendiri dan menjadi pesaing IKM ini.
Pemilik IKM ini pun kini sudah cukup umur dan memiliki banyak keterbatasan terutama untuk mempromosikan produk dan mencari pasar baru sehingga tak heran jika usahanya semakin lama semakin tergilas oleh persaingan pasar, karena memang ia tak memiliki penerus untuk bisa menggantikan kepemimpinannya dalam mengendalikan industi Karak Kaliang ini.
2.3.2 Pemasaran dan Harga Jual
Saat ini pemasaran karak kaliang IKM BERKAT ILAHI yaitu ke Toko Nita di Bukittinggi dan pedagang-pedagang lain yang berda baik di Payakumbuh maupun Bukittinggi.
Untuk harga jual karak kaliang sendiri, IKM ini menjual dengan harga Rp. 10.000,- jika dijual dalam jumlah besar sedangkan jika dijual secara eceran maka harganya yaitu Rp. 15.000,-.
2.3.3 Proses Produksi dan Proses Pengolahan
Bahan yang digunakan dalam satu kali produksi atau satu adonan adalah sebagai berikut:
• Ubi kayu.
Bahan baku utama yaitu tepung ubi kayu atau singkong rata-rata dalam 1 kali produksi/hari membutuhkan tepung ubi kayu sebanyak 100-150 kg.
• Minyak 29 kg/hari.
• Garam 14 bungkus untuk 300 kg tepung ubi.
• ¼ kg ajinomoto untuk 20 kg tepung ubi.
• ¼ kg masako untuk 20 kg tepung ubi.
• Kunyit ½ kg untuk 300 kg tepung ubi.
• Pewarna kuning untuk lebih menguatkan warna.
• Air bersih.
Alat produksi yang dipergunakan dalam memproduksi karak kaliang adalah antara lain:
• Wadah adonan, wadah adonan induk ini berbahan plastik ( bak plastik ), digunakan untuk menampung adonan induk yang telah dimasak.
• Kuali 1: kuali ini merupakan kuali besi dengan ukuran besar, merupakan tempat penggorengan.
• Kuali 2: kuali ini juga bebahan besi dengan ukuran yang besar,tempat membuat adonan induk.
• Mesin pemarut: untuk memarut ubi sehingga menjadi tepung ubi.
• Mesin pengepres : untuk mengepres tepung ubi.
• Mesin pengaduk adonan : untuk mengaduk adonan induk, sehingga sifat adonan menjadi agak kalis.
• Nampan: tempat karak kaliang mentah yang sudah dibentuk.
• Talenan: tempat memilin adonan.
• Peniris : alat yang digunakan untuk meniriskan karak kaliang yang sudahh matang.
• Sendok penggorengan : alat untuk menggoreng
Proses Produksi atau pembuatan karak kaliang atau kerupuk 88 adalah sebagai berikut:
• Membuat adonan Induk karak kaliang
a. 20 Kg tepung ubi ditambah 14 bungkus garam ditambah ¼ Kg ajinomoto (untuk setiap 20 Kg tepung ubi), ditambah dengan masako ¼ Kg (untuk setiap 20 Kg tepung ubi) ditambah ½ Kg kunyit dan terakhir ditambahkan dengan air secukupnya.
b. Campuran tadi kemudian diaduk hingga rata, dan dimasak dalam kuali hingga campuran menjadi adonan yang kental.
c. Adonan yang kental didinginkan dalam wadah adonan.
• Adonan induk kemudian dimasukkan dalam mesin pengaduk adonan dan diaduk dengan ditambahkan sedikit demi sedikit tepung ubi hingga adonan berbentuk agak kalis.
• Lalu adonan diambil sedikit bagian dan ditambahkan pula dengan tepung ubi hingga adonan menjadi benar-benar kalis dan adonan dapat dipilin atau dicetak menjadi angka delapan (pembuatan adonan hingga kalis ini menggunakan cara manual, tidak memakai mesin ).
• Adonan kalis kemudian dipilin dengan talenan sebagai alas untuk memilin, dan dibentuk menjadi angka delapan, lalu diletakkan dan disusun pada nampan.
• Karak kaliang mentah kemudian digoreng dan ditiriskan
• Karak kaliang yang sudah matang kemudian dikemas, dengan kemasan perKg.
2.3.4 Tenaga Kerja
Industri ini memiliki tenaga kerja sebagai berikut:
• orang pencuci ubi dengan upah 150 ribu/4ton ubi.
• 8 orang pembentuk adonan kerupuk dengan Rp. 2.000/nampan untuk 1 orang.
• 1 orang penggoreng dengan upah 30 ribu/orang/hari.
• 1 orang pembungkus dengan upah 20 ribu/hari.
• 1 orang pengepres dengan upah 20 ribu/hari.

















BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan
4.1.1 IKM KOKOCI
IKM yang beralamat di Koto Kociak ini sudah mengalami perkembangan yang cukup bagus semenjak didirikan pada tahun 2002. Bantuan dari dinas terkait pun sudah ada diterima oleh IKM ini seperti sealler kontinyu dan mesin pemotong ubi. Namun sangat disayangkan alat-alat tersebut tidak dapat dipergunakan karena beberapa hal yaitu sebagai berikut.
• Untuk sealler permasalahannya yaitu daya listriknya yang terlalu besar sehingga kurang efisien jika digunakan untuk industry dengan skala rumah tangga.
• Untuk mesin pemotong ubi lain lagi permasalahannya yaitu antara mesin dengan bahan yang akan dipotong tidak sesuai karena mesin yang diberikan oleh Dinas Pertanian tersebut sebenarnya adalah mesin untuk pemotong buah. Sehingga jika digunakan untuk memotong ubi yang teksturnya lebih keras dari buah tentu saja pisau pemotong dari mesin tersebut tidak akan kuat dan berkemungkina bisa patah.
Sehingga kedua mesin bantuan tersebut sekarang hanya bisa menjadi pajangan dan tidak bias membantu IKM ini untuk lebih mempercepat dan mengefisienkan kerja. Alih-alih untuk efisiensi kerja namun yang terjadi adalah hal sebaliknya yaitu menghambat proses kerja atau proses produksi.
Untuk masalah pemasaran sudah cukup bagus karena pemasaran produk dari IKM ini sudah jauh yaitu tidak hanya di wilayah Sumatera Barat saja namun juga telah merambah ke luar Sumatera Barat bahkan ke Pulau Jawa.
4.1.2 IKM DARSI
Permasalahan yang dihadapi IKM yang berdiri dari tahun 2004 ini yaitu menyangkut masalah perijinan industry. Karena semenjak didirikannya IKM ini oleh pemiliknya yaitu Bapak Pono sampai sekarang belum memiliki ijin industry sehingga hal ini menyebabkan terhambatnya proses pemasaran. Karena untuk memasarkan suatu produk tentu konsumen juga melihat label ijin dan keterangan dari Depkesnya. Apalagi jika ingin memasarkan produk tersebut ke swalayan, maka masalah ijin akan sangat berpengaruh juga, apalagi IKM ini juga mempunyai link ke sana. Apalagi permintaan pasar yang terus meningkat dari hari ke hari. Sehingga sangat diperlukan ijin tersebut untuk memperlancar usaha dari IKM ini.
4.1.3 IKM BERKAT ILAHI
Pada awalnya IKM ini mempunyai karyawan 30 orang namun akhir-akhir ini hanya tinggal 13 orang saja. Pengurangan karyawan ini dilakukan oleh Bu Gusna selaku pemilik IKM karena menurunnya jumlah permintaan pasar sehingga terpaksa jumlah karyawan dipangkas. Hal ini disebabkan karena IKM ini kurang mampu bersaing dengan IKM lain apalagi banyak bermunculan IKM-IKM baru yang juga memproduksi karak kaliang sehingga persaingan semakin ketat, ditambah dengan tidak bisanya IKM ini menyaingi harga jual dari IKM lain. Karena IKM lain bias menjual karak kaliang dengan harga Rp. 9.000,-/kg-nya sedangkan IKM BERKAT ILAHI ini masih bertahan dengan harga Rp.10.000,-/kg-nya. Sehingga banyak pelanggan yang lari kepada IKM yang menjual dengan harga yang lebih murah. Sementara itu juga IKM ini kurang mempromosikan produknya sehingga konsumen kurang mengetahuinya dan juga letak IKM yang berada tidak di tepi jalan raya. Sehingga kondisi menambah menurunnya permintaan pasar terhadap IKM ini.



4.2 Rencana Penyelesaian
4.2.1 IKM KOKOCI
Untuk permasalahan yang dihadapi oleh IKM ini sebaiknya dinas terkait yang akan memberikan bantuan seperti alat diperiksa dulu kesesuaian alat dengan bahan atau dilihat apakah IKM mampu untuk enerapkannya atau tidak. Karena kalau tidak demikian maka IKM yang diharapkan bisa lebih efisien dalam bekerja tapi yang terjadi malah sebaliknya. Selain itu IKM tersebut juga harus diberikan pengarahan tentang cara memakai alat agar tidak terjadi kekeliruan nantinya.
4.2.2 IKM DARSI
Karena IKM ini bermasalah tentang ijin yaitu belum adanya ijin usaha dari dinas terkait maka sewaktu berkunjung ke IKM tersebut maka penulis mencoba untuk mencarikan jalan untuk mendapatkan ijin tersebut yaitu dengan cara menanyakan langsung ke kantor KPPT ( Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu ) cara agar suatu industry untuk memperoleh ijin. Dengan itu Pak Pono sekarang sudah mulai untuk mengurus ijin usahanya. Sehingga dengan adanya ijin ini Pak Pono sangat berharap agar permintaan pasar bias terpenuhi dan produknya juga bias masuk ke swalayan-swalayan karena ia telah mempunyai link untuk masuk ke sana.
4.2.3 IKM BERKAT ILAHI
Permasalahan yang dihadapi oleh IKM ini yaitu kurang mampunya bersaing dengan IKM lain seperti harga jual yang lebih tinggi dari IKM lain sehingga pelanggan beralih kepada IKM lain. Karena meskipun perbedaan harga tersebut kecil namun pengaruhnya akan sangat besar apalagi kualita produk juga sama dengan IKM lain. Sehingga yang perlu dilakukan oleh IKM ini adalah menekan harga jual sehingga harga jualnya bisa sama dengan IKM lain. Selain itu IKM ini juga sebaiknya melakukan promosi yaitu misalnya dengan mengikuti pameran-pameran sehingga konsumen bias mengetahui keberadaan IKM ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
• IKM yang dikunjungi saat melakukan KKP di Kabupaten 50 Kota yaitu IKM KOKOCI yang terletak di Koto Kaciak Kec. Guguak, IKM DARSI yang terletak di Piladang Kec. Akabiluru, dan IKM BERKAT ILAHI yang terletak di Padang Mangatas Kec. Luak.
• IKM KOKOCI memproduksi aneka rendang dan rubik ganepo, IKM DARSI memproduksi karak kaliang, keripik balado, dan kerupuk sanjai, sedangkan IKM BERKAT ILAHI hanya memproduksi satu macam produk yaitu karak kaliang.
• Permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing IKM berbeda-beda yaitu IKM KOKOCI terkendala masalah alat, IKM DARSI terkendala pada ijin, sedangkan IKM BERKAT ILAHI terkendala pada pesaingan pasar atau pada masalah pemasaran.
5.2 Saran
• Agar dinas terkait lebih meningkatkan pembinaan kepada IKM-IKM agar IKM bias lebih berkembang dan mengalami kemajaun
• Agar IKM lebih meningkatkan kualitasnya sehingga pelanggan akan tetap setia pada produk yang dihasilkan.