Sabtu, Desember 17, 2011

laporan tahunan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam ekonomi nasional ,IKM merupakan segmen industri yang sangat penting karena dapat dijadikan medium dan tumpuan yan paling menjanjikan bagi penciptaan wirausaha baru dengan daya tampung besar,mempunyai fleksibilitas dan ketahanan yang tinggi terhadap perkembangan pasar. Namun berbagai kelemahan yang dihadapi IKM khususnya menyangkut teknis poduksi, pemasaran,administrasi dan manajeman akan merupakan masalah besar yang dapat mengancam keberadaan IKM pada masa yang akan datang.
Di sisi lain,berbagai produk IKM akan digunakan oleh masyarakat ,sehingga kemampuannya memenuhi tuntunan masyarakat akan sangat menentukan kelangsungan IKM. Meskipun harga juga berpengruh ,namun kualitas produk yang dimulai sejak bahan baku hingga produk sampai ditangan konsumen menjadi nata rantai yang pentingdiperhatikan .
Tuntunan ini menjadi lebih tinggi untuk produk- produk pangan karena akan terkait dengan keselamatan dan keamanan konsumen yang mengkonsumsi produk IKM tersebut. Karenanya masing – masing industri kecil dituntut untuk memperbaiki berbagai aktivitasnya agar dapat memenangkan persaingan dan berkembang pada masa yang akan datang .disinilah peran peran Prindustrian dan Perdagangan dalam membantu dan membina serta memfasilitasi agar tujuan ini dapat tercapai.
Pada saat ini, perekonomian negara kita, bisa dikatakan lebih banyak bergerak di bidang  Industri Kecil dan Menengah (IKM). IKM tidak hanya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat/perekonomian bangsa namun juga dapat mengendalikan jumlah pengangguran sehingga keberadaan IKM sangat membantu bangsa dalam keadaan yang sangat sulit seperti sekarang ini.
Namun, karena para pengusaha IKM ini ─ seperti yang kita ketahui ─ yang sebagian besarnya hanya memiliki pendidikan yang rendah sehingga kadang-kadang kebanyakan mengabaikan masalah yang terjadi dalam industri mereka dan kadang menganggap masalah tersebut sebagai masalah yang kecil padahal kalau dilihat dengan kacamata akademis masalah tersebut jika dibiarkan berlarut-larut dan tidak segera diatasi bisa mengakibatkan masalah yang besar dan tentunya dapat merugikan IKM itu sendiri yang tidak disadari oleh pengusahanya.
Seiring dengan perkembangan zaman, Pertumbuhan populasi manusia semakin meningkat. Pertumbuhan ini berbanding lurus dengan tuntutan hidup. Gejala ini menuntut kepada industri, baik industri besar maupun kecil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Disamping itu industri tersebut harus mampu bersaing dengan industri lainnya dimana peningkatan tuntutan hidup juga diiringi dengan bermunculannya industri baru. Untuk dapat bersaing, industri tersebut harus mampu menciptakan suatu inovasi baru dan memunculkan suatu produk yang memiliki nilai tambah (value added) sehingga konsumen memiliki kecenderungan untuk memilih produk tersebut.
Melihat fenomena yang terjadi, industri tersebut harus mampu meningkatkan mutunya. Mutu itu sendiri memiliki pengertian yang luas yaitu mencakup mutu produk, biaya, keamanan dan metodologi kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan peran serta dari pemerintah demi mewujudkan masyarat yang sejahtera.

B.     Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan laporan tahunan ini adalah sebagai bahan pertanggungjawaban dan evaluasi kinerja TPL-IKM selama melakukan pembinaan terhitung bulan Januari sampai dengan Bulan Desember 2011.
            Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagi berikut:
1.      Untuk mengetahui gambaran umum unit usaha yang dibina oleh TPL-IKM.
2.      Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi masing-masing unit usaha yang dibina oleh TPL-IKM.
3.      Untuk mengetahui kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh TPL-IKM dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh unit usaha yang dibina serta hambatan-hambatan yang dihadapi selama pembinaan.
4.      Untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh TPL-IKM dalam melakukan pembinaan selama tahun pertama.

C.    Ruang Lingkup dan Sistimatika Penyajian
Ruang lingkup dalam penulisan laporan ini adalah berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pembinaan mulai dari identifikasi masalah (baik itu gambaran umum perusahaan, kondisi awal unit usaha yang dibina maupun masalah yang dihadapi) sampai dengan kegiatan penyuluhan dan pelaporan hasil yang dicapai selama melakukan pembinaan.
Penyusunan laporan hasil penyuluhan berkala ini disusun secara sistematis dan terinci untuk memberikan kemudahan bagi pembaca. Sistematika laporan ini yaitu sebagai berikut.
BAB I                         PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan yaitu latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, sistematika penyajian, dan periode pelaksanaan penyuluhan.
BAB II            DATA UMUM PERUSAHAAN/SENTRA
Berisi data umum perusahaan dan kondisi awal IKM yang dibina.
BAB III          PERMASALAHAN
Berisikan bentuk-bentuk masalah yang dihadapi oleh IKM yang dibina.
BAB IV          KEGIATAN PENYULUHAN
Diuraikan tentang teknik/solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah IKM yang dibina serta hambatan yang dihadapi oleh TPL dalam melakukan penyuluhan.
BAB V            HASIL YANG DICAPAI
Berisi tentang target perbaikan serta keadaan IKM setelah dilakukan pembinaan.
BAB VI          KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari seluruh isi laporan dan saran-saran yang dapat diberikan untuk perbaikan selanjutnya baik yang dapat dilakukan oleh IKM, TPL, maupun dinas yang terkait padanya.

D.    Periode Pelaksanaan Penyuluhan (Tahunan)
Pelaksanaan penyuluhan ini dilakukan pada periode tahunan pertama yaitu dari Bulan Januari sampai bulan Desember 2011. Untuk pelaksanaan pembinaan/penyuluhan selanjutnya dilakukan secara berkala dan intensif pada tahun berikutnya.





BAB II
DATA UMUM PERUSAHAAN/SENTRA IKM YANG DIBINA

A.    Sejarah Singkat Perusahaan/Sentra
1.      Sulaman “Kejar Usaha”
Sulaman yang berdiri dari tahun 1967 ini dipimpin oleh Ibu Rosmi yang sekaligus merupakan pemilik sulaman ini. Nama “Kejar Usaha” ini merupakan pemberian dari dinas terkait karena waktu itu Ibu Rosmi masih belum kepikiran untuk memberi nama perusahaannya. Sekarang ini, karena Ibu Rosmi sudah semakin tua maka ia dibantu oleh anak perempuannya.
Usaha sulaman ini dari tahun ke tahun telah menunjukkan kemajuannya. Hal ini terbukti dengan dibukanya toko penjualan hasil produksi perusahaannya. Toko ini terletak persis di depan rumah Ibu Rosmi dan berada di tepi jalan raya sehingga pembeli bisa dengan mudah menemukan toko ini. Toko ini dibangun pada tahun 1996.
Untuk bahan baku, benang yang digunakan oleh perusahaan ini adalah benang “cap motor” dan “cap gunting”, namun kualitas yang bagus adalah benang “cap motor” karena warnanya tak pudar sedangkan “cap gunting” kualitasnya agak kurang karena warnanya sering memudar sehingga harga pembelian benang “cap motor” agak sedikit lebih tinggi dari “cap gunting”.
2.      Sulaman “Suarni”
Sulaman ini didirikan pada tahun 1990 dan khusus memproduksi sulaman benang emas. Hal ini disebabkan karena Ibu Suarni sudah pernah mencoba untuk membuat dengan membordir tapi ia mengalami kesulitan untuk memasarkan produknya sehingga ia sampai sekarang hanya memproduksi sulaman benang emas meskipun pembuatannya memakan waktu yang lama.
3.      Sulaman “Abel”
IKM yang dimiliki oleh Ibu Abel (Basrini) ini hanya memproduksi dalamak saja. Hal ini disebabkan karena IKM ini tidak memiliki tenaga kerja yang banyak, kalaupun punya tenaga kerja itupun hanya ada satu atau dua orang tenaga kerja.
4.      Sulaman “Elok Yun”
Usaha ini berdiri tahun 1992, akan tetapi sampai sekitar tahun 2005  belum begitu mengalami perkembangan yang signifikan. Namun, pada tahun 2005 Elok Yun mulai mengembangkan usahanya dengan langkah awalnya yaitu mengurus ijin usaha dan membuat plang merek di depan rumahnya. Dan juga selalu memberikan inovasi dan motif sulamannya sehingga motif yang dihasilkan tidak monoton dan selalu bersifat dinamis.
Agar motif-motif tersebut tidak hilang dan agar pembeli bisa memesan motif yang mereka inginkan, maka Elok Yun pernah membuat buku motif yaitu buku yang berisi foto-foto motif sulaman yang ia hasilkan. Namun, karena sesuatu hal buku tersebut dipinjam oleh temannya dan sampai sekarang tidak pernah dikembalikan lagi kepadanya sehingga hal ini membuat Elok Yun agak kesulitan dalam membuatkan pesanan pembelinya. Sampai sekarang Elok Yun belum sempat membuat kembali buku motif tersebut.
Dalam melakukan penyuluhan selama setahun ini, telah nampak perubahan pada IKM ini yaitu IKM  ini sudah mau membuat kemasan kotak agar produk lebih terkesan elegan dan lebih bernilai jual tinggi. Selain itu juga IKM sudah mulai melakukan promosi produknya melalui majalah bisnis nasional yaitu melalui majalah IBN yellow pages, yang sebelumnya hal ini belum ada dilakukan oleh IKM.
5.      Bordir “Empat Putri”
Usaha bordir empat putri yang terletak di Desa Jati Mudik ini, resmi didirikan sejak tahun 2000. Sebenarnya usaha bordir ini sudah lama berdiri namun itu dikelola oleh orang tua Ibu Yet ─ pemilik usaha bordir sekarang ─, namun setelah makin tuanya usia orang tua Ibu Yet maka usaha ini diambil alih oleh Ibu Yet.
Sepanjang perjalanan usahanya, Ibu Yet sudah mendapatkan bantuan modal dari Jamsostek selama dua kali periode dan sekarang masih berjalan.           


6.      Sala Lauak “Ibuk Lela”
Usaha sala lauak Ibuk Lela sudah dimulai sejak tahun 2000. Setiap harinya Ibuk Lela harus berangkat dari rumahnya sekitar pukul delapan pagi karena Ibuk Lela bukanlah berasal dari Kelurahan Pasir sendiri tapi rumahnya berada di Ulakan. Hal ini juga sama dengan penjual sala lauak lainnya yang kebanyakan bukan masyarakat Kelurahan Pasir tapi berasal dari daerah lain bahkan ada yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman seperti Sungai Limau.
Setiap harinya Ibuk Lela bisa menghabiskan 10 bungkus tepung beras (1 bungkus = 0,5 Kg), 100 ekor kepiting, dan sekitar 1 Kg udang, sedangkan untuk hari libur bisa lebih. Bahan baku tersebut tidaklah susah didapatkan oleh Ibuk Lela karena selain tinggal dekat laut juga suami Ibuk Lela adalah seorang nelayan. Sehingga Ibuk Lela tidak pernah kehabisan bahan baku atau tidak dapat bahan baku.
Saat ini Ibuk Lela hanya melakukan usahanya seorang diri karena ia merasa belum membutuhkan tenaga kerja untuk menolongnya. Selain itu juga ia merasa kalau memakai tenaga kerja maka akan mengurangi keuntungannya. Akan tetapi, kalau hari lebaran atau ada acara besar yang diselenggarakan di Pariaman ataupun di Pantai Gandoriah baru Ibuk Lela mamakai tenaga kerja, itupun adalah anaknya sendiri.

7.      Sala Lauak “Ibuk Nurseha”
IKM yang berada tepat di pantai Gandoriah ini merupakan milik Ibu Nurseha. Pemilik merupakan ketua kelompok IKM sala lauak yang ada di Pantai Gandoriah dengan jumlah anggota sebanyak 11 IKM. Kelompok ini lebih sering dibina oleh dinas kelautan karena walau bagaimanapun juga produk yang mereka olah merupakan hasil laut.
8.      Rajutan “Eti”
IKM yang berdiri tahun 1994 ini, merupakan IKM rajutan pertama yang ada di daerah Karan Aur dan Taluk Pariaman.IKM yang dipimpin oleh Ibu Rosnati ini telah memiliki tenaga kerja sebanyak 20 orang yang tersebar di Kelurahan Karan Aur dan Desa Taluk.











B.     Data Umum
No
Nama & Alamat UU/Sentra
Nama Pemilik
Jenis Produksi
Wilayah Pasar
1
Sulaman “Kejar Usaha”
Jl.Siti Manggopoh No.9  Naras 1 Kec.Pariaman Utara
Hj.Rosmi
Baju, ondas, tabia, baju lame, selendang, kursi penganten, banta gadang
Jambi, Medan, Jakarta, Duri
2
Sulaman “Suarni”
Jl.Siti Manggopoh No.   Naras 1 Kec.Pariaman Utara
Suarni
Tabia, lansia-lansia, kelambu, tirai gadang, lapiak bantau, ondas
Batusangkar, Padang
3
Sulaman “Abel”
Jl.Siti Manggopoh No.   Naras 1 Kec.Pariaman Utara
Basrini
Dalamak
Padang
4
Sulaman “Elok Yun”
Jl.Siti Manggopoh No.   Naras 1 Kec.Pariaman Utara
Yulhaida
Dalamak, baju kapalo peniti, selendang suji dan kapalo peniti, gambar dinding
Padang, sekitar Pariaman, Bogor
5.
Bordir “Empat Putri”
Darmayeti
Mukenah
Padang,Palembang, Pekanbaru, Jakarta
6.
Sala Lauak Ibuk Lela
Nurlela
Sala Lauak, Sala Udang, Sala Kepiting
Sekitar pantai Gandoriah Pariaman
7.
Sala Lauak Ibuk Nurseha
Nurseha
Sala Lauak, Sala Udang, Sala Kepiting
Sekitar pantai Gandoriah Pariaman
8.
Rajutan “Eti”
Rosnati

Padang, Bukittinggi

C.    Kondisi Awal IKM  yang Dibina
No
Nama UU/Sentra
Kapasitas Produksi
Omset Pasar (Rp)
Teknologi
Nilai Investasi (Rp)
1
Sulaman “Kejar Usaha”
Baju
Ondas
Tabia
baju lame
selendang
kursi penganten
banta gadang
30.000.000
Pada proses pembordiran sudah memakai mesin bordir.
70.000.000
2
Sulaman “Suarni”
Tabia
lansia-lansia
kelambu
tirai gadang
lapiak bantau
ondas
8.000.000
Pada proses pembordiran sudah memakai mesin bordir.
10.000.000
3
Sulaman “Abel”
1 set dalamak
250.000
-

4
Sulaman “Elok Yun”
Dalamak
Baju kapalo peniti
Selendang suji dan kapalo peniti
Gambar dinding
15.000.000
-
35.000.000
5
Bordir Empat Putri
2 kodi/bulan

10.000.000
Sudah memakai mesin bordir

6
Sala Lauak Ibuk Lela
·         sala lauak 150 Kg
·         sala udang 50 Kg
·         sala kepiting 3000 ekor
100.000- 200.000
-
5.000.000
7
Sala Lauak Ibuk Nurseha
·         sala lauak 150 Kg
·         sala udang 60 Kg
·         sala kepiting 2400 ekor
100.000-200.000
-
5.000.000
8
Rajutan “Eti”
10-20 set sarung bantal
20-30 set alas meja
2.000.000-2.500.000
-
10.000.000

           






BAB III
PERMASALAHAN
            Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di setiap unit usaha, ada beberapa permasalahan yang perlu dicarikan solusinya. Adapun permasalahan yang ada pada masing-masing unit usaha yang dibina seperti yang dicantumkan pada tabel di bawah ini.
No.
Nama UU/Sentra
Masalah yang Dihadapi
1.
Sulaman “Kejar Usaha”
SDM
·   Proses penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya produk selesai.
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
·   Tata letak barang yang ada di toko penjualan belum teratur.
Permodalan
·   Perputaran uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan berbulan-bulan.
2.
Sulaman “Suarni”
Pemasaran
·   Belum adanya plang merek usaha sehingga usaha kurang dikenal.
·   Pemasaran masih terbatas dan belum meluas.
Permodalan
·   Adanya persaingan yang tidak sehat antara pengusaha.
·   Perputaran uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan berbulan-bulan.
SDM
·   Proses penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya produk selesai.
·   Belum adanya pembukuanyang jelas.
3.
Sulaman “Abel”
SDM
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
·   Kurang tersedianya tenaga kerja yang terampil dalam menyulam.
·   Proses penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya produk selesai.
Permodalan
·   Adanya persaingan yang tidak sehat antara pengusaha.
·   Perputaran uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan berbulan-bulan.
Pemasaran
·   Pemasaran pada umumnya hanya berada di Pariaman dan Padang.
·   IKM belum memiliki plang merk sehingga sulit untuk dijangkau pembeli apalagi letak IKM yang tidak di tepi jalan raya yaitu agak masuk ke dalam.
4.
Sulaman “Elok Yun”
Permodalan
·   Perputaran uang yang lambat karena pengerjaan sulaman yang memakan waktu lama bahkan berbulan-bulan.
SDM
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
·   Kurang tersedianya tenaga kerja yang terampil dalam menyulam.
·   Proses penyulaman memakan waktu yang cukup lama sehingga berdampak kepada lamanya produk selesai.
Pemasaran
·   Pemasaran pada umumnya hanya berada di Pariaman dan Padang.
·   Kurang adanya promosi yang dilakukan oleh IKM untuk mempromosikan produknya.
·   Belum adanya tanda penunjuk arah menuju tempat pengusaha karena perusahaan berada agak ke dalam sehingga menyulitkan pembeli mencari tempat perusahaan berada.
·   Produk belum memiliki kemasan yang menarik sehingga menurunkan image produk di mata pembeli.
5.
Bordir “Empat Putri”
SDM
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
·   Tenaga kerja berada jauh dari IKM.
Pemasaran
·   Kurangnya pelanggan setelah adanya gempa yang melanda Sumatera Barat khususnya Kota Pariaman.
6.
Sala Lauak “Ibuk Lela”
Mutu
·   Tempat penjualan sala masih terbuka sehingga memungkinkan sala terkena debu karena sangat dekat dengan jalan.
·   Minyak goreng yang digunakan jarang diganti.
Permodalan
·   Belum adanya gerobak sala yang memadai utuk tempat penjualan sala.
Pemasaran
·   Wilayah pemasaran sala lauak masih sekitar Pantai Gandoriah Pariaman
·   Daya tahan sala lauak yang hanya 2 hari, selain itu juga sala lauak hanya enak ketika masih panas
SDM
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
7.
Sala Lauak “Ibuk Nurseha”
Pemasaran
·   Wilayah pemasaran sala lauak masih sekitar Pantai Gandoriah Pariaman
·   Daya tahan sala lauak yang hanya 2 hari, selain itu juga sala lauak hanya enak ketika masih panas
SDM
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
Mutu
·   Masih ada sala yang tempat penjualannya terbuka sehingga memungkinkan untuk terkena debu dan kotoran.
·   Minyak goreng yang digunakan jarang diganti.
8.
Rajutan “Eti”
Pemasaran
·   IKM belum memiliki izin usaha seperti TDI, SIUP, dan SITU
·   Tidak ada plang merek sehingga hanya orang yang sudah kenal saja yang tahu sehingga bagi
IKM belum memiliki kemasan yang menarik.
Aspek Manajemen
·   Belum memiliki struktur kepengurusan yang jelas.
SDM
·   Belum adanya pembukuan yang jelas.
·   Belum adanya perhitungan jumlah produk yang dihasilkan sehingga sulit melakukan penghitungan
·   Produk yang selesai dirajut tidak disusun dengan rapi.
·   Pengusaha tidak bisa mengetahui jumlah tenaga kerja secara pasti sehingga sulit untuk menghitung kapasitas produksi.






BAB IV
KEGIATAN PENYULUHAN
A.    Pelaksanaan Penyuluhan
No
Nama UU/Sentra
Masalah yang Dihadapi
Kegiatan Penyuluhan
1
Sulaman “Kejar Usaha”
·  Belum adanya laporan keuangan perusahaan
·   Menyarankan agar dibuatkan laporan keuangan perusahaan sehingga bisa diketahui arus uang masuk dan keluar.
2
Sulaman “Suarni”
·  Belum adanya laporan keuangan perusahaan dan kurang luasnya wilayah pemasaran.
·   Menyarankan agar dibuatkan laporan keuangan perusahaan sehingga bisa diketahui arus uang masuk dan keluar.
3
Sulaman “Abel”
·   Kurang luasnya wilayah pemasaran.
·   Persaingan yang tidak sehat antar pengusaha.
·  Menyarankan agar membuat produk yang lebih bervariasi.
4
Sulaman “Elok Yun”
·  Kurangnya promosi terhadap produk.





·  Kurang luasnya wilayah pemasaran.









·  Belum memiliki kemasan yang menarik untuk produk









·  Belum memiliki pembukuan

·   Ikut mempromosikan produk baik di kantor maupun ke masyarakat.
·   Mencarikan informasi ke radio daerah tentang syarat-syarat untuk bisa beriklan di radio tersebut.
·   Menyarankan agar IKM memasang tanda panah di bawah plang mereknya agar pembeli bisa tahu tempatnya.
·   Menyarankan agar IKM kembali membuat buku motif sulamannya sehingga pembeli bisa dengan mudah memesan desain yang diinginkan.
·   Membantu membuatkan desain kemasan produk dan memperbaiki desain kemasan yang diusulkan sebelumnya karena desain sebelumnya kurang disetujui oleh IKM
·   Mengikutsertakan IKM untuk ikut lomba kemasan dari Kementerian Perindustrian
·   Kembali mengingatkan kepada IKM tentang pentingnya membuat pembukuan pada sebuah perusahaan.
5
Bordir “Empat Putri”
·   Terjadi  penurunan pemintaan setelah adanya gempa yang melanda Sumbar khususnya Kota Pariaman.
·   Menyarankan agar membuat motif yang lebih bervariasi.
6
Sala Lauak “Ibuk Lela”
·   Tempat penjualan sala yang masih terbuka sehingga memungkinkan sala terkena debu karena sangat dekat dengan jalan.
·   Pengusaha terlihat kurang optimis.
·   Mengusulkan membuat desain penutup bagi gerobak sala lauak.




·   Merekomendasikan kepada dinas untuk diberikan pelatihan motivasi dan hal ini disetujui oleh dinas.
7
Sala Lauak “Ibuk Nurseha”
·   Wilayah pemasaran sala lauak masih sekitar Pantai Gandoriah Pariaman.


·  Gerobak sala belum memiliki plang merek sehingga kurang dikenal
·   Mengusulkan kepada pengusaha untuk melakukan diversifikasi produk agar bisa dijualkan di toko-toko yang ada di pasar Pariaman.
·   Mengusulkan untuk memberi plang merek di gerobak sala yang ada.
8
Rajutan  “Eti”
·  Belum adanya izin usaha IKM




·  Belum adanya plang merek IKM
·   Menyarankan untuk mengurus izin usaha
·   Mencarikan informasi tentang syarat dan cara untuk mengurus ijin usaha.
·   Menyarankan untuk membuat plang merek agar IKM lebih mudah dicari dan dikenal

B.     Hambatan-hambatan yang Dihadapi TPL IKM Program Beasiswa
Hambatan-hambatan yang dihadapi selama berada di lapangan adalah.
1.      Tenaga kerja masing-masing IKM sulaman tidak berada di satu tempat sehingga membuat pembinaan jadi kurang optimal.
2.      Ada beberapa pengusaha yang usianya sudah sangat lanjut sehingga menyulitkan TPL melakukan penyuluhan dan pembinaan.
3.      Perputaran hasil produksi yang lambat dan tak tentu sehingga membuat pemasaran juga terhambat dan menyebabkan sulitnya melakukan penghitugan hasil produksi.
4.      Pengusaha sudah merasa cukup dengan hasil yang dicapainya karena merasa dengan tercukupinya kebutuhan sehari-hari mereka sudah merasa industrinya baik sehingga merasa tak membutuhkan pembinaan dari TPL.
5.      Pengusaha kurang serius dalam menjalankan usahanya sehingga hasil yang didapat jauh dari yang diharapkan.
6.      Ada pengusaha yang tak terlalu optimis usahanya bisa berkembang pada masa yang akan datang.
7.      Ada beberapa pengusaha yang sudah berumur lanjut dan tidak regenerasi untuk melanjutkan usaha tersebut sehingga penyuluhanpun menjadi kurang optimal.
8.      Adanya perbedaan cara pandang antara IKM dan TPL seperti dalam hal bahan baku yaitu minyak untuk menggoreng. Kalau menurut IKM minyak yang digunakan masih jernih sementara menurut TPL minyak tersebut sudah tidak layak lagi digunakan karena minyak tersebut jarang sekali diganti dan hal ini dibuktikan juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yag magang di situ menyatakan bahwa minyak goreng yang digunaka IKM sudah tidak layak pakai.
9.      Lamanya pembuatan desain kemasan di klinik kemasan sehingga menghambat kelancaran proses penyuluhan.
10.  Permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan yang bersifat sistemik dimana harus ada peran pemerintah dan dinas terkait dalam penyelesainnya seperti harga bahan baku yang sering melambung yang membuat pengusaha kesulitan.









BAB V
HASIL YANG DICAPAI

Hasil penyuluhan yang dicapai oleh TPL selama tahun pertama sudah terlihat pada IKM sulaman “Elok Yun” yaitu sudah ada dibuatkannya arah tanda panah menuju rumah pengusaha (gambar terlampir). Sehingga hal ini memudahkan pembeli menuju rumah IKM yang juga sekaligus menjadi tempat penjualan produk. Hal ini berdampak pada peningkatan permintaan pembeli, karena sekarang begitu banyak permintaan pembeli terhadap sulaman “Elok Yun”.
Sedangkan saran untuk pembuatan album motif sulaman, masih dalam tahap proses dan akan segera direalisasikan. Selain itu juga untuk memperluas wilayah pemasarannya, TPL berusaha untuk mencoba memamerkan produk di acara pameran dan memperkenalkannya kepada para tamu yang berdatangan ke Pariaman. Selain itu juga diusulkan untuk mengiklankan IKM di radio dan untuk itu TPL mencarikan informasi dan syarat-syarat untuk bisa merealisasikan hal ini. Dan hal ini masih dalam tahap proses untuk segera direalisasikan.
Untuk sulaman “Elok Yun”, TPL berusaha mencarikan informasi untuk bisa beriklan di radio beserta persyaratan agar IKM bisa beriklan melalui radio sehingga produk bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas. Meskipun IKM belum melakukan iklan di radio namun IKM sudah mulai untuk melakukan promosi produknya melalui majalah bisnis yaitu melalui majalah IBN yellow pages. Materi iklan yang ada di majalah ini juga diterbitkan melalui website-nya sehingga diharapkan produk IKM semakin dikenal oleh konsumen, tidak hanya konsumen yang ada di wilayah Sumatera Barat namun juga yang ada di seluruh Indonesia karena majalah bisnis ini adalah majalah nasional yang otomatis tersebar dan dibaca oleh masyarakat Indonesia.
Selain itu, TPL juga membantu membuatkan desain kemasan untuk produk IKM ini. Namun, karena usulan desain kemasan yang sebelumnya belum disetujui oleh IKM makanya TPL kembali membantu untuk membuatkan desain kemasan yang baru. Desain kemasan sebelumnya kurang disetujui oleh pemilik IKM karena warna dari kemasan tersebut agak gelap sehingga menjadi kurang menarik. Untuk itu TPL kembali memperbaiki desain tersebut dengan kembali mengkomunikasikannya dengan klinik kemasan yang ada di dinas karena yang berperan dalam mendesain kemasan IKM adalah orang-orang yang ada di klinik kemasan. Selain itu juga TPL mengikutsertakan IKM untuk seleksi bantuan kemasan & fasilitasi pemasaran melalui pasar modern yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian. TPL memilih IKM ini karena IKM ini tetap mempertahankan ciri khas daerah Pariaman yaitu sulaman kepala peniti dan sulaman benang emas. Padahal IKM lainnya yang sejenis sudah lama beralih ke bordir karena pengerjaan bordir yang lebih cepat karena menggunakan mesin sementara sulaman ini menggunakan tangan dan sangat manual sehingga lambat dalam pengerjaannya. Selain itu juga karena IKM “Elok Yun” ini hasil produknya juga lebih bagus dari IKM lain yang sejenis seperti dalam hal motif sulaman yang selalu baru dan tidak ada persamaan dengan produk lain yang sejenis. Hal ini dikarenakan IKM selalu melakukan inovasi terhadap produknya agar produknya selalu dimintai oleh konsumennya.
            Sementara itu, untuk masalah pembukuan, TPL kembali mengingatkan agar IKM mau melakukan pencatatan keuangannya. Melakukan pencatatan keuangan sangat penting bagi suatu perusahaan karena dari sinilah bisa diketahui secara real tentang kondisi perusahaan dan juga bisa dilihat jumlah pemasukan dan pengeluaran yang terjadi pada perusahaan dalam periode waktu tertentu dan ini bisa dijadikan sebagai pembanding untuk periode berikutnya.
Sementara untuk sulaman “Suarni” dan  sulaman “Abel” penyuluhan belum begitu difokuskan. Hal ini dikarenakan sulitnya memberikan pencerahan kepada IKM yang disebabkan juga pemilik IKM yang sudah mulai tua. Sehingga TPL tidak begitu sering juga datang ke IKM tersebut.
Sedangkan untuk IKM sala lauak “Ibuk Lela”, gerobak sala yang dalam perbincangan masih dalam tahap proses perealisasian. Selain gerobak, TPL berusaha untuk merekomendasikan kepada dinas untuk memberikan pelatihan kepada IKM ini dan sudah terealisasikan. Karena dinas menyetujui usulan yang diberikan oleh TPL.
Untuk sala lauak “Ibuk Nurseha”, hal yang dilakukan untuk perluasan pasar adalah dengan mengusulkan memberi plang merek pada gerobak sala sehingga pembeli dengan mudah mengenal produk IKM dan hal ini masih dalam tahap perealisasian. Sedangkan untuk diversifikasi produk, dalam hal ini pemilik IKM agak merasa kesulitan untuk melakukannya karena pemilik hanya sendiri dan tidak mempunyai tenaga kerja sementara kalaupun ditambah tenaga kerja untuk membantu IKM, IKM belum merasa sanggup untuk menggaji tenaga kerja. Sehingga hal ini belum begitu diprioritaskan.
Sedangkan untuk IKM Rajutan “Eti”, yang dilakukan adalah baru pengidentifikasian masalah karena IKM baru beberapa kali didatangi sehingga belum begitu terjadi pembinaan. Namun sudah dilakukan saran agar IKM mengurus surat izin usaha karena untuk sebuah industri izin usaha sangatlah diperlukan. Dan untuk hal tersebut TPL berusaha untuk mencarikan informasi tentang syarat-syarat dalam pengurusan ijin usaha yaitu TPL mendatangi kantor pelayanan perijinan terpadu yang ada di Kota Pariaman dan menanyakan tentang persyaratan tersebut. Selain itu juga karena IKM belum memiliki plang merek, maka TPL mengusulkan agar IKM membuat plang merek agar tempat/keberadaan IKM lebih dikenal dan mudah dicari.








BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Secara umum penyuluhan dan pembinaan yang dilakukan masih belum selesai, karena beberapa aktivitas belum terlaksana akibat cara pandang IKM tentang kebutuhan perbaikan dan pengembangan usaha yang masih memerlukan diskusi lebih lanjut. Namun,

B.     Saran Tindak Lanjut
Untuk melaksanakan kegiatan pembinaan pada masa yang akan datang, TPL mengharapkan kerja sama dengan Dinas Kopperindag maupun instansi terkait lainnya untuk melakukan koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap program ini.








Lampiran-lampiran
IKM Sulaman “Elok Yun”
S
          sebelum penyuluhan                                                          setelah penyuluhan

IKM Sala Lauak “Ibuk Lela”

 
                    Gerobak sekarang                                                                    gerobak yang diusulkan
        h